NASIONAL

Prevalensi Perokok Muda Meningkat, IDAI: Persulit Akses Rokok ke Anak

"Kenyataan di lapangan itu anak-anak sangat mudah mendapatkan akses rokok,"

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / Rony Sitanggang

prevalensi perokok anak naik
Ilustrasi: Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Taman Ranggon Wijaya Kusuma, Jaktim, Minggu (19/05/24). (Antara/Yulius Satria)

KBR, Jakarta- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan akses rokok bagi anak-anak perlu dipersulit guna maksimalnya upaya penekanan dampak buruk. Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan segala bentuk upaya yang dilakukan pemerintah harus dibarengi dengan mempersulit ketersediaan rokok untuk anak

“Kalau ibaratnya mobil di gas dan di rem. Dari Kementerian Kesehatan dan KPPPA itu ngerem untuk dampak rokok itu seminimal mungkin kena kepada anak. Namun gasnya tidak dikurangi gasnya, ini terus digaspol dari industri, dari regulasinya ada tapi kenyataan di lapangan itu anak-anak sangat mudah mendapatkan akses rokok," ujar Piprim dalam konferensi pers Hari Tanpa Tembakau, Rabu (29/5/2024).

Menurut Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso apabila ingin bonus demografi untuk Indonesia Emas 2045, maka perlu ada keseriusan dan konsistensi dari pemerintah secara menyeluruh, sehingga pembatasan akses rokok tersebut perlu sejalan dengan upaya-upaya lainnya.

Piprim menambahkan tingginya perokok aktif di RI dapat meningkatkan masalah kesehatan serius dan berdampak bagi pertumbuhan anak.


Baca juga:

Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, pembelian rokok di rumah tangga juga mengurangi kualitas nutrisi anak karena kurangnya asupan protein, sehingga terjadi stunting atau tengkes. Padahal, katanya, Indonesia sedang gencar-gencarnya menurunkan stunting.

"Kebiasaan merokok juga menyebabkan stunting. Karena nilai nutrisi keluarga itu bisa teralihkan, karena pembelian rokok oleh bapaknya," kata Piprim.

Prevalensi perokok aktif di Indonesia terus meningkat. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4 persen diantaranya perokok berusia 10-18 tahun.

Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).

Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!