OLAHRAGA

Prestasi Jeblok, Pengamat: Pengurus PBSI Dievaluasi, Ketum Harus Mengayomi

Benar-benar mencari the right man on the right place.

AUTHOR / Naufal Nur Rahman

EDITOR / Wahyu Setiawan

Prestasi Jeblok, Pengamat: Pengurus PBSI Dievaluasi, Ketum Harus Mengayomi
Sekjen PBSI Muhammad Fadil Imran melepas tim bulu tangkis Indonesia Olimpiade Paris 2024 di Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (13/7/2024). ANTARA FOTO/M Iqbal

KBR, Jakarta – Pengamat bulu tangkis Daryadi menilai PBSI harus melakukan evaluasi kepengurusan. Evaluasi dilakukan buntut jebloknya prestasi Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Tim merah putih gagal mempertahankan tradisi emas badminton.

Daryadi mengatakan PBSI harus membenahi kepengurusannya.

"Memang PBSI harus berbenah gitu ya. Artinya, pelajaran di satu periode ini di kepengurusan saat ini harus benar-benar dievaluasi. Benar-benar mencari the right man on the right place artinya benar-benar menempatkan orang yang memang benar-benar pada porsinya gitu loh," ucap Daryadi dalam talkshow Ruang Publik KBR, Kamis (8/8/2024).

Daryadi juga berharap ketua umum PBSI berikutnya merupakan pemimpin bijak yang bisa mengayomi klub-klub yang melahirkan pemain berbakat.

"Jangan lupa PBSI kalau klub-klub ini kan tidak memiliki hak suara. Ini yang cukup unik di mata saya. Karena berbeda katakan seperti di PSSI, pemprov dan klub itu memiliki hak suara yang sama untuk memilih pemimpin mereka. Tapi di PBSI itu tidak," ujarnya.

"Sementara klub-klub yang sudah kerja keras melahirnya para pemain justru tidak memiliki kesempatan, tidak memiliki hak suara untuk menentukan siapa sih yang layak menjadi pemimpin mereka," tambah Daryadi.

Indonesia gagal mempertahankan tradisi emas di cabang bulu tangkis Olimpiade. Indonesia hanya mampu menyumbangkan medali perunggu lewat tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.

Gagalnya mempertahankan tradisi emas mengulang catatan buruk Indonesia di Olimpiade 2012. Tim merah putih selalu menyumbang medali emas sejak Olimpiade 1992 di Barcelona. Tradisi itu terputus di 2012, dan kembali berlanjut di dua edisi setelahnya yakni 2016 dan 2020.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!