NASIONAL
Penggantian Jalan Merdeka Barat Dan Timur Masih Kontroversial
KBR68H, Jakarta - Pengantian nama Jalan Merdeka Barat dan Timur masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.
AUTHOR / Novaeny Wulandari dan Abu Pane
KBR68H, Jakarta - Penggantian nama Jalan Merdeka Barat dan Timur masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Ketua Panitia 17, Jimly Asshiddiqie mengatakan, penggantian Jalan Merdeka barat menjadi Ali Sadikin dan Merdeka Timur menjadi Soeharto tengah dibahas panitia 17 bersama pemerintah daerah DKI Jakarta. Kata dia, penggantian nama jalan ini sudah hampir selesai dan tinggal menunggu persetujuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Masing-masing orang punya idenya yang paling benar. Termasuk apalagi menyangkut nama mantan Presiden Soeharto, itu kan ada kontroversialnya. Pasti ada alasan logis kepada masing-masing penyusun ide, semua masuk akal. Tapi akhirnya kita kan harus mengambil keputusan, yang mengambil kepusan ya akhirnya Pemda, setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak termasuk presiden, karena ini menyangkut dengan tempat strategis,” kata Jimly saat dihubungi KBR68H, Minggu (1/9).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum menyikapi rencana penggantian
empat nama ruas Jalan Merdeka. Juru Bicara Pemprov DKI, Eko Haryadi
mengatakan, Pemda belum membahas usulan sejumlah nama jalan yang
diserahkan Tim Panitia 17. Apalagi, kata dia, pengubahan nama jalan itu
merupakan wewenang Pemerintah Pusat.
"Sepanjang
yang saya tahu hal ini diusulkan oleh sebuah tim yang menyebut diri
sebagai Tim 17, itu yang pertama. Yang kedua, Jalan Medan Merdeka itu
kelasnya kelas nasional. Jadi yang punya tanggung jawab adalah
Pemerintah Pusat. Pemerintah DKI sebagai salah satu yang dimintakan
pertimbangan belum ada sikap," ujar Eko kepada KBR68H di Jakarta, Minggu
(1/9).
Sebelumnya, Jalan Merdeka akan diganti dengan Jalan
Soekarno, Bung Hatta, Soeharto dan Ali Sadikin. Namun, Pemprov DKI, MPR
dan Tim Panitia 17 hanya menyetujui penggantian nama Jalan Merdeka
Utara menjadi Soekarno dan Jalan Merdeka Selatan menjadi Bung Hatta.
Sisanya masih menyisakan silang pendapat.
Editor: Nanda Hidayat
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!