Bisa meningkatkan keuntungan kepada para petani.
Penulis: Heru Haetami, Ardhi Ridwansyah, Hoirunnisa
Editor:

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo mengakui produksi padi dan beras nasional menurun dalam beberapa waktu terakhir. Faktornya kata dia, antara lain karena perubahan iklim dan gelombang panas berkepanjangan.
Itu disampaikan Jokowi saat memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada sejumlah penerima manfaat di kantor Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, kemarin.
Jokowi mengeklaim, penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) Puso dapat mendorong para petani untuk segera melakukan penanaman. Karena itu, dia menekankan para petani agar segera menanam setelah mendapatkan BLT Puso.
“Agar segera dilakukan penanaman kembali, biaya produksinya sebagian diganti oleh pemerintah. Begitu ini nanti keuangannya sudah diselesaikan lewat perbankan, segera dimulai penanaman,” ucap Presiden dalam sambutannya, Rabu, (13/12/2023).
Di Jawa Tengah, BLT Puso akan diserahkan kepada enam ribu petani dengan total luas lahan terdampak mencapai ribuan hektare. Jokowi menyebut, bantuan puso Rp8 juta per satu hektare lahan tersebut diberikan kepada para petani yang sawahnya terdampak banjir pada tahun lalu.
“Jadi, yang 16 ribu hektare itu segera ditanam, segera. Pertama mumpung ada air, yang kedua juga sudah tadi yang puso kemarin sudah cair, kemudian yang ketiga mumpung juga harga gabahnya pas tinggi, panjenengan (Anda, red) senang sekali lagi,” katanya.
Selain itu, kata dia, harga gabah yang saat ini tergolong tinggi juga mendorong petani agar mempercepat produksi tanamnya. Menurutnya sejumlah faktor itu bisa meningkatkan keuntungan bagi para petani.
“Tahun yang lalu harga gabah hanya Rp4.200-4.300 benar? Sekarang Rp7.300. Ada yang Rp7.800 benar ndak? Meningkat sangat tinggi sekali oleh sebab itu segera nanem,” ujarnya.
Defisit Beras dan Impor
Sebelumnya, pemerintah mengakui terjadi defisit beras pada tahun ini. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menjelaskan setiap akhir tahun produksi beras di bawah 2,6 juta ton yang merupakan besaran kebutuhan beras masyarakat per bulan.
Untuk memperkuat cadangan stok, pemerintah mesti mengimpor beras. Selain itu, impor juga untuk mengendalikan harga karena menjelang natal dan tahun baru. Ia memastikan stok beras untuk Nataru aman. Kini ada stok 1,2 juta ton di Bulog, dan akan ada tambahan 1 juta ton lagi Januari 2024.
“Ya, kalau hari ini backup-nya dari impor udah enggak ada cara lain, jadi importasi itu yang didistribusikan bongkar terus distribusi sambil kita paralel dorong untuk tanam enggak ada acara lain atau diversifikasi pangan seperti makan jagung atau sagu (pengganti nasi),” kata Arief kepada KBR, Kamis, (30/11/2023).
Arief Prasetyo Adi menambahkan, produksi turun lantaran fenomena iklim El Nino yang membuat petani kesulitan air untuk menanam padi. Produksi di bawah 2,6 juta ton diprediksi berlangsung hingga Februari 2024. Setidaknya dibutuhkan 1 juta hektare tanam padi untuk mencegah kenaikan harga beras terus terjadi.
Kendala Versi Pengamat Pertanian
Analisis dari pengamat pertanian, kondisi pertanian nasional kini dalam periode paceklik, di mana hanya sebagian kecil petani yang panen dan produksi bulanan tidak mampu mencukupi konsumsi.
Hambatan yang dihadapi petani antara lain adalah ketersediaan air terutama di sentra produksi padi. Faktor lain adalah ketersediaan bibit dan pupuk.
Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, dengan situasi tersebut, pemerintah harus memastikan pasokan beras hingga April 2024.
"Di Maret April itu akan ada Ramadhan dan Idul Fitri yang itu juga akan diikuti dengan kenaikan konsumsi. Sementara dari perkiraan tadi bahwa karena musim tanam dan musim panen itu untuk dua bulan, kita itu berupa dan kira-kira April akhir atau awal Mei. Jadi penting buat pemerintah harus memastikan pasokan itu cukup dan memadai sampai akhir tahun, tapi juga sampai awal tahun depan. Setidaknya sampai April itu harus dipastikan betul kalau tidak harga akan melonjak tinggi," ujar Khudori kepada KBR, Kamis, (30/11/2023).
Khudori memprediksi kenaikan harga beras terus berlanjut hingga 2024. Hal itu terjadi imbas pasokan beras di pasar terbatas meski bantuan pangan tetap sama pada periode bulan lalu.
Baca juga:
Editor: Sindu