NASIONAL

Nelayan Sulit Dapat Solar Bersubsidi, Ini Penyebabnya

"Nelayan untuk dia melaut, cari rezeki, dia harus dapat surat rekomendasi (untuk membeli solar bersubsidi)”

AUTHOR / Heru Haetami

solar bersubsidi
Solar bersubsidi, Front Nelayan Bersatu demo di depan gedung DPRD Indramayu, Jabar, Kamis (9/6/22). (Antara/Dedhez Anggara)

KBR, Jakarta- Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mengungkapkan, nelayan kecil masih  kesulitan mendapat BBM bersubsidi. Ketua Pelaksana Harian KNTI Dani Setiawan mengatakan salah satu faktor penyebab adalah minimnya fasilitas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di kampung nelayan.

“SPBN-SPBN itu masih sangat jarang di kampung-kampung nelayan atau kurang. Terutama di pulau-pulau kecil apalagi. Jadi banyak SPBN itu tidak ada sehingga nelayan tidak bisa membeli BBM. Atau kalaupun ada lokasinya sangat jauh sekali sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengakses ke titik distribusi di mana SPBN itu berada,” kata Dani kepada KBR, Kamis (21/7/22).

Ketua Harian KNTI, Dani Setiawan menambahkan, persoalan lain yakni terbatasnya kuota solar bersubsidi yang masuk ke kampung nelayan.

Selain itu, prosedur yang rumit dari pemerintah daerah juga menjadi andil  sulitnya akses nelayan kecil untuk mendapatkan solar bersubsidi.

“Harus ada surat rekomendasi. Kita menyebutnya diskriminasi akses. Orang naik motor, naik mobil bisa beli premium, bisa beli solar langsung nggak pake surat rekomendasi. Nelayan untuk dia melaut, cari rezeki dia harus dapat surat rekomendasi,” katanya.

Untuk itu, KNTI mendesak pemerintah agar menyediakan infrastruktur penyediaan solar bersubsidi bagi nelayan dengan kuota yang terpenuhi.

Baca juga:

Selain itu, kata Dani, aturan rekomendasi untuk mendapat akses pembelian solar bersubsidi agar dikaji ulang lantaran justru menyulitkan nelayan kecil.

Dia juga meminta agar pengawasan distribusi solar subsidi bagi nelayan ditingkatkan.

“Pengawasan itu bisa memastikan alokasi kuota BBM sampai ke nelayan,” katanya.

 

Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!