NASIONAL

Menteri Fadli Zon akan Daftarkan Kebaya Hingga Reong Ponorogo ke UNESCO

Indonesia baru memiliki 13 warisan budaya tak benda yang diakui secara internasional

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / Muthia Kusuma Wardani

Google News
Kebaya
Sejumlah perempuan mempromosikan warisan budaya Indonesia, khususnya kebaya di Bali, Jumat, (11/10/2024). Kebaya akan didaftarkan ke UNESCO. FOTO: ANTARA/Fikri

KBR, Jakarta- Kementerian Kebudayaan memastikan tengah berupaya meningkatkan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya Indonesia. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengungkapkan rencana pendaftaran tiga warisan budaya Indonesia ke UNESCO pada bulan Desember mendatang. Ketiga warisan budaya tersebut adalah Reog Ponorogo, kebaya, dan kolintang dari Sulawesi Utara.

"Warisan budaya dunia, program ini berfokus pada konservasi situs warisan budaya, pengakuan UNESCO, dan advokasi internasional. Memang kita ingin meningkatkan pengakuan UNESCO atau registrasi di UNESCO lebih banyak lagi. Tahun ini bulan Desember rencananya ada tiga yang diajukan itu reog Ponorogo, kemudian kebaya, dan juga kolintang dari Sulawesi Utara," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Baca juga:

Fadli Zon menambahkan, Indonesia masih memiliki potensi besar untuk mendaftarkan lebih banyak warisan budaya tak benda ke UNESCO. Saat ini, Indonesia baru memiliki 13 warisan budaya tak benda yang diakui secara internasional, sementara negara lain memiliki jumlah yang jauh lebih banyak.

"Jadi kita berharap proses yang sudah ada dilakukan dari bawah dari kabupaten kota, kemudian ke provinsi dan tingkat nasional, di dalam registrasi kita yang masuk ke dalam warisan budaya tak benda itu ada sekitar 2.000-an," ujarnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian Kebudayaan akan melakukan berbagai upaya, seperti memperkuat kerja sama dengan UNESCO, melibatkan komunitas lokal dalam pelestarian budaya, serta mendorong partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk Komisi X DPR RI.

Fadli Zon menekankan pentingnya melestarikan seni, bahasa, dan kearifan lokal yang semakin terkikis oleh modernisasi.

"Dengan melibatkan komunitas lokal dalam kegiatan pelestarian. Kami juga membutuhkan bantuan dari Komisi X, karena semua stakeholder harus terlibat," jelas Fadli.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!