indeks
Memperkenalkan Kabupaten Bulungan Melalui Lagu

KBR68H, Jakarta - Dalam perjalanan musik pop di Tanah Air, sudah cukup banyak lagu yang merujuk pada nama suatu tempat.

Penulis: Aris Santoso

Editor:

Google News
Memperkenalkan Kabupaten Bulungan Melalui Lagu
kabupaten bulungan, lagu

KBR68H, Jakarta - Dalam perjalanan musik pop di Tanah Air, sudah cukup banyak lagu yang merujuk pada nama suatu tempat. Salah satu yang paling terkenal adalah Bengawan Solo dan Jembatan Merah, keduanya ciptaan komponis Gesang. Untuk komposisi yang lebih baru, bisa disebut Pulau Seribu (Tety Kadi), Teluk Bayur (Ernie Djohan), Sebiduk di Sungai Musi (Alfian), Yogyakarta (KLA Project), dan seterusnya.

Belum lagi yang masuk  genre bahasa daerah, seperti Stasiun Solo Balapan (Didi Kempot), dan tentu saja Warung Pojok, karya seniman tarling terkenal asal Cirebon, Abdul Adjib. Tampaknya memperkenalkan suatu tempat dengan menjadikannya judul lagu, adalah cara yang jitu, agar publik menjadi tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut. Itulah hebatnya seniman, suatu tempat yang (mungkin) biasa-biasa saja, semacam Stasiun Solo Balapan misalnya, namun karena diangkat menjadi lagu, menjadikan penasaran bagi yang sempat mendengarnya, kira-kira seperti apa ya stasiun yang menjadi ikon Kota Solo tersebut.

Begitu juga yang dilakukan Ahmad Tjatjuk, seorang seniman asal Tanjungselor, Kabupaten Bulungan. Agar kawasan Bulungan lebih dikenal publik luar, Tjatjuk telah menciptakan lagu berjudul Gunung Incung (Gunung Putih). Terlebih hari-hari ini Kabupaten Bulungan menjadi sorotan publik, sebagai wilayah induk dari provinsi ke-34 yang baru saja berdiri, yaitu Provinsi Kalimantan Utara.

Saat dihubungi PortalKBR, Tjatjuk mengaku terinspirasi untuk mengangkat kawasan wisata Gunung Putih dalam sebuah lagu,  mengingat potensinya yang bagus, namun sayang masih kurang dikenal warga di luar Kabupaten Bulungan. Dengan dibawakan biduanita lokal Odhi Q, lagu Gunung Incung, sudah bisa diakses lewat situs YouTube.

Wisata Alam

Sebagaimana tergambar dalam lagunya, Tjatjuk menjelaskan mengapa disebut Gunung Putih, karena gunung ini merupakan gunung kapur berwarna putih yang sangat indah, dengan relief-relief yang alami bak pahatan.

“Kita dapat memanjat relief-relief itu sampai ke puncaknya atau berjalan dengan anak tangga yang tersedia,” ujar Tjatjuk.

Selain Gunung Putih, Tjatjuk, warga asal Jatim yang sudah 30 tahun lebih tinggal di Tanjungselor, menyebut dua resort wisata lain yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan di Bulungan, masing-masing adalah Pantai Tanah Kuning dan Pantai Nibung.  Pantai Tanah Kuning terletak di Kecamatan Tanjung Palas Timur, sementara Pantai Nibung terletak di Kecamatan Pulau Bunyu.
 
Wisata Sejarah

Selain wisata alam, di Bulungan juga bisa ditemukan wisata sejarah, yaitu Museum Kesultanan Bulungan. Museum Kesultanan Bulungan dibangun tahun 1998, terletak dalam kompleks Istana Kesultanan Bulungan yang terbakar  tahun 1964. Di sini pengunjung dapat melihat berbagai benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Bulungan, seperti tempat tidur Sultan, foto dokumenter, perabotan, duplikat baju kebesaran dan seterusnya.

Terbakarnya Istana Bulungan pada 24 Juli 1964, merupakan sejarah kelam dalam perjalanan Kesultanan Bulungan. Peristiwa ini seolah menjadi penanda, bahwa riwayat Kesultanan Bulungan telah sampai di batas akhir. Saat peristiwa terjadi, kebetulan penguasa keraton sedang lowong, karena Sultan Maulana Muhammad Jalaluddin telah  wafat pada  21 Desember 1958. Bagaimana asal muasal terjadinya pembakaran tersebut, sampai sekarang masih simpang-siur.

Wisata sejarah lain terkait Kesultanan Bulungan adalah masjid tua yang dibangun tahun 1929, terletak di Kecamatan Tanjung Palas. Di halaman masjid terpampang peninggalan Kesultanan Bulungan, berupa alat perang, yaitu tiga meriam yang masing-masing bernama Melati, Rindu, dan Dendam.

Dalam situs resmi Pemkab Bulungan terdapat informasi tentang festival tahunan yang disebut Birau. Birau sendiri pada awalnya sebuah hajatan dalam rangka  khitanan anak Sultan Bulungan. Pesta diadakan secara meriah, sehingga seluruh masyarakat bisa turut bergembira. Kini Birau telah menjadi agenda resmi Pemkab Bulungan, yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Oktober.  Tanggal ini diambil  dari hari jadi Kota Tanjungselor dan Kabupaten Bulungan, yang kebetulan jatuh pada 12 Oktober 1960. 

kabupaten bulungan
lagu

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...