BERITA

Laily Prihaningtyas, Direktur BUMN Termuda: Anak Muda Relatif Bebas Kepentingan

Memimpin BUMN dengan 2000 lebih karyawan.

AUTHOR / Arin Swandari

Laily Prihaningtyas, Direktur BUMN Termuda: Anak Muda Relatif Bebas Kepentingan
Laily Prihaningtyas, BUMN

KBR, Jakarta - Laily Prihaningtyas, belum genap kepala tiga dan sudah menduduki Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWCBPRB). Ia ditunjuk  Menteri BUMN dengan alasan pintar bekerja serta punya keyakinan besar kalau anak muda bisa menjadi pemimpin negara.  


Kini sudah sekitar 6 bulan Tyas begitu ia biasa dipanggil, memimpin  perusahaan pariwisata  dengan 2000 orang yang bekerja di dalamnya.  Sarapan Bersama mengajak Anda berkenalan dengan Laily Prihaningtyas. Wawancara dilakukan Arin Swandari. 


Anda menjadi direktur utama dari sebuah BUMN mengurusi Candi Borobudur, Candi Boko, dan Candi Prambanan. Di usia 29 tahun masih tergolong paling muda saat ini, bagaimana rasanya sudah 6 bulan duduk di situ? 


“Pastinya kalau buat saya ini kesempatan belajar yang sangat bagus, tidak semua orang mempunyai kesempatan di usia yang mungkin tidak muda-muda juga. Kalau di swasta saya rasa sudah mulai banyak pemimpin-pemimpin muda yang diberi kesempatan untuk memegang peran hampir kurang lebih mirip. Cuma kalau di BUMN paling muda untuk saat ini iya tapi saya rasa harapannya ke depan menjadi tren yang jamak bahwa anak-anak muda yang mempunyai kapabilitas dan kompetensi diberikan kesempatan untuk menduduki posisi penting walaupun tidak di manajemen puncak paling tidak di posisi manajemen BUMN.”


“Kalau rasanya pasti sekarang saya masih sangat banyak belajar juga bagaimana caranya memegang posisi yang sangat berbeda dengan sebelumnya, juga latar belakangnya dari bisnis sebenarnya. Sedangkan yang saya kelola sekarang lebih ke sisi heritage, tourism, dan konservasi.” 


Waktu itu reaksi dari orang-orang terdekat kemudian keluarga dan karyawan di BUMN ini seperti apa? 


“Prosesnya ketika pertama kali ada wacana menunjuk saya sampai kemudian benar-benar diangkat ada waktu sekitar satu bulanan. Karena waktu itu juga saya meminta dilakukan prosedur seperti biasanya, fit and proper test. Dari keluarga, teman-teman dekat pastinya itu unexpected ya saya sendiri juga tidak menyangka. Jadi pastinya pertama kaget, lingkungan sekitar yang sangat mendukung tapi ada kekhawatiran tertentu. Memegang suatu posisi tidak hanya dari sisi benefit tapi resikonya juga besar apalagi untuk posisi direktur utama untuk BUMN.”


Lalu keberanian apa yang membuat Anda yakin bisa mengendalikan atau memimpin? 


“Ya mau tidak mau ini juga faktor usia. Anak muda apalagi saya, saya sih yang jelas pastinya relatif bebas dari kepentingan. Saya memang tidak mengejar posisi tersebut. Kedua juga anak muda biasanya pasti punya antusiasme yang lebih daripada  yang lebih senior. Karena itu saya rasa identik dengan semua anak muda lebih antusias. Dengan saya merasa kurang pengalaman saya mau tidak mau harus kerja keras untuk cari tahu dan ini kadang-kadang yang menjadi jebakan buat orang-orang yang lebih senior. Karena mereka biasanya punya framing sendiri, merasa sudah expert jadi tidak meluangkan usaha untuk mencari tahu.”


“Ketiga pastinya karena saya juga masih sendiri, masih muda, masih punya banyak waktu dan tenaga. Maksudnya saya tidak akan masalah kalau  memang harus bolak balik terjun ke lapangan atau dari pagi sampai malam saya relatif masih punya fleksibilitas. Untuk yang membuat saya yakin untuk bisa apa tidak saya rasa ya saya bukan orang yang agamis tapi paling tidak saya percaya Tuhan, apapun yang ada saat ini sudah kemauan dari Tuhan.” 


Ketiga candi itu di bawah kepemimpinan Anda akan dibawa kemana? 


“Kalau untuk saat ini manajemen untuk ketiga candi ini dibagi menjadi tiga kewenangan. Untuk wilayah candi yang di tengah benar-benar monumennya itu kewenangannya ada di Kemendikbud. Terus kami itu sebenarnya berwenang di wilayah sekitarnya, makanya namanya Taman Wisata, dan ketiga wilayah di luarnya itu kewenangannya pemda. Jadi sebenarnya ketika kita ngomong konservasi, konservasi fisik itu pasti. Dengan adanya buffer zone ini sebenarnya pengaman, mengamankan candinya agar tidak dirusak orang terus mengatur arus pengunjung jadi tidak semuanya langsung ke candinya. Juga memberikan buffer green zone, memang untuk me-reserve kondisi paling tidak atmosfer dari candi itu sendiri. Itu adalah fungsi kami dari sisi pengamanan secara fisik dari sisi monumennya sendiri.”


“Dari sisi intangible values sebenarnya buffer zone ini didirikan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang membantu orang untuk menginterpretasikan seperti information center, museum, taman-taman yang mempunyai tema berkesesuaian dari candi itu sendiri. Sehingga harapannya orang tidak hanya datang melihat bangunan, berfoto, terus pulang. Mereka datang terus melihat, setelah melihat mencoba mengerti, setelah mengerti akhirnya mengapresiasi, ketika mengapresiasi timbul kekaguman harapannya setelah itu mencintai. Jangka panjangnya setelah orang mencintai ingin ikut melestarikan, itu adalah tujuan dari pelestarian dari sisi values tadi. Selain itu pastinya kalau ngomong values tidak bisa tidak kita harus kerja sama masyarakat sekitar.” 


Kalau dari sisi finansial karena ini BUMN pasti ada sisi bisnis. Ini sudah sesuai antara penghasilan dan yang digunakan untuk keluar?


“Untung dan sehat secara keuangan tetapi secara size tidak bisa dibandingkan dengan BUMN yang besar dan memang bukan didirikan untuk BUMN yang besar juga. Tapi kami juga kami melakukan upaya konservasi, edukasi ke masyarakat, melakukan upaya untuk bagaimana caranya mengembangkan ekonomi lokal. Untuk melakukan itu semua kita butuh untung, kalau kita sendiri tidak untung bagaimana caranya melakukan hal-hal yang tadi. Jadi sekitar tahun 2013 kalau tidak saya salah laba setelah pajak Rp 34 miliar.” 


Untuk menentukan tarif itu juga kewenangan PT Taman?


“Kalau untuk tarif memang kewenangan dari PT Taman karena untuk ticketing itu salah satu kewenangan dari PT Taman.”


Candi Borobudr dan Candi Prambanan sudah mendunia. Ratu Boko hanya sedikit yang mungkin kenal, kira-kira apa yang bisa dilakukan?


“Kalau Ratu Boko sendiri memang sebenarnya potensinya sangat besar cuma masih banyak yang belum tahu. Tapi saya rasa kami juga kerja sama dengan stakeholder pariwisata yang lainnya terutama di Yogyakarta. Apalagi itu masuk di Sleman, di Sleman itu banyak candi-candi yang berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata dan saya rasa salah satunya yang memang diperkenalkan dimana-mana itu Ratu Boko. Orang datang berwisata di satu tempat pastinya butuh pilihan yang banyak, tidak bisa satu saja.”


“Jadi untuk itu kita mempromosikan secara bersama dengan yang lain. Kalau untuk Ratu Boko sendiri kami menggunakan dalam beberapa tahun terakhir ini paket Prambanan-Ratu Boko. Ini sangat lumayan untuk meningkatkan kunjungan di Boko, kita sediakan shuttle dari Prambanan ke Boko. Akhirnya dengan harga yang di-bundling jadi lebih murah untuk dapat dua tempat wisata mulai banyak yang datang ke Ratu Boko. Kita juga promosi-promosi yang mulai digencarkan untuk Boko.”          




Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!