NASIONAL

Kelaparan di Papua, Tokoh Gereja: Penyaluran Bantuan Jangan Melalui Aparat Keamanan

Pastor John Jonga meminta pemerintah harus mengutamakan perbantuan untuk warga terdampak kekeringan dengan tidak melibatkan kekuatan aparat, demi keadaan tetap kondusif.

AUTHOR / Hoirunnisa

Kelaparan
Peta kondisi ketinggian wilayah Papua. (Foto: Dok DPRD Papua)

KBR, Jakarta - Kalangan tokoh agama di Papua meminta pemerintah melibatkan masyarakat adat serta gereja lokal dalam pendistribusian bantuan untuk bencana kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.

Pastor sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) John Jonga menyebut pendistribusian bantuan pada wilayah terdampak membutuhkan waktu yang panjang, biaya yang besar hingga sarana transportasi yang sulit.

Karenanya perlu berkoordinasi dengan warga sekitar yang memiliki alat komunikasi yang memadai.

"Penting juga melibatkan masyarakat adat dalam arti untuk membantu karena bagaimanapun juga situasi dan kondisi keadaan alam seluruhnya masih sangat ekstrem. Kalau memang ingin memberikan bantuan kepada korban kelaparan memang yang lebih banyak di wilayah Distrik Mbua itu transportasi jalan cukup baik," ujar Pastor John Jonga kepada KBR, Senin (31/7/2023).

Baca juga:


Pastor John Jonga meminta pemerintah harus mengutamakan perbantuan untuk warga terdampak kekeringan dengan tidak melibatkan kekuatan aparat, demi keadaan yang tetap kondusif.

"Mungkin juga bisa diberi support untuk jangan melibatkan pihak-pihak keamanan, kepolisian, kemiliteran. Saya mau supaya teman-teman militer, polisi kendalikan diri demi kemanusiaan yang ada di wilayah yang ekstrem itu," kata Pastor John Jonga kepada KBR, Senin (31/7/2023).

Namun, ia menyebut jika bantuan yang datang benar-benar untuk korban terdampak kekeringan, maka dapat dipastikan keamanan dari kelompok kemanuasiaan. Kata dia, asal jelas dan melibatkan warga sekitar.

Pastor John Jonga mengungkapkan keterangan warga yang terdampak kekeringan yang terjadi di Papua Tengah bahwa cuaca ekstrem dan tingkat kedinginan luar biasa.

Selain itu, dalam hal mengetahui kondisi terkini pada wilayah terdampak, pihak gereja memiliki keterbatasan dalam mendapatkan informasi kondisi riil pada wilayah terdampak dikarenakan alat komunikasi hingga sulitnya akses ke wilayah tersebut.

Menurut keterangan Pastor John Jonga kekeringan yang terjadi di wilayah Papua bukan pertama kalinya, dengan demikian pada kekeringan yang pernah terjadi pendistribusian bantuan juga memerlukan waktu yang panjang hingga berhari-hari hingga sampai ke warga terdampak.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!