BERITA

JPPR: Jangan Pilih Caleg yang Menolak CV-nya Dipublikasikan

KBR68H, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan daftar nama-nama bakal calon legislator yang lolos verifikasi di web resminya, www.kpu.go.id sejak kemarin sore.

AUTHOR / Doddy Rosadi

JPPR: Jangan Pilih Caleg yang Menolak CV-nya Dipublikasikan
JPPR, Daftar Calon Sementara, KPU, CV

KBR68H, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan daftar nama-nama bakal calon legislator yang lolos verifikasi di web resminya, www.kpu.go.id sejak kemarin sore. Komisioner KPU Hadar Navis Gumay mempersilahkan masyarakat untuk melihat dan memberikan masukan terkait nama-nama bakal calon legislatif tersebut. LSM pemantau pemilu SIGMA menilai Komisi Pemilihan Umum sengaja menyembunyikan rekam jejak bakal calon anggota legislatif. Pasalnya di DCS yang disajikan KPU hanya menampilkan nama dan nomor urut calon. Tanpa adanya CV, apakah masyarakat akan kesulitan untuk memberi masukan? Simak perbincangan penyiar KBR68H Novri Lifinus dan Arin Swandari dengan Manajer Pemantauan JPRR, Masykurudin Hafidz dalam program Sarapan Pagi.

KPU tidak secara gamblang menampilkan CV para calon, penilaian anda seperti apa?

KPU secara kelembagaan itu berjanji untuk menampilkan CV meskipun mana-mana saja yang perlu dipublikasikan memang belum terlalu jelas. Tetapi kalau kita melihat DCS yang diumumkan kemarin sore CV belum ada jadi hanya partai, daftar nama, asal, jenis kelamin, dan sebagainya belum disampaikan. Kemarin diskusinya kalau untuk CV perlu ditanya calegnya apakah bersedia atau tidak, kalau tidak memang tidak apa-apa. Tapi disini sebenarnya sudah ada penilaian masyarakat, kalau CV saja bagi caleg-caleg tidak mau dipublikasikan sesungguhnya sedang tidak ingin dipilih, kalau CV ditutup sebenarnya mendeklarasikan tidak mau dipilih. Langkah positifnya kita apresiasi kepada yang mempublikasikan, mereka punya satu poin bahwa mereka siap dipilih dengan keterbukaan CV-nya meskipun sampai sekarang belum  tahu DCS yang di website KPU. Kedua, itu ada kolom kabupaten/kota, tempat tinggal calon, begitu saya lihat alamatnya mana dapilnya mana. Misalnya di Papua Barat ada tiga kursi, misal Partai Persatuan Pembangunan itu mereka datangnya dua dari Jakarta Selatan, dua dari Sukabumi. Jadi mereka tahu apa soal Papua, ini dapilnya dari provinsi yang jauh sekali. Ini juga penting dari sudut aspek representasi masyarakat yang akan mewakilinya nanti termasuk mengetahui persoalan yang ada di daerahnya perlu akselerasi. Ini juga satu pertimbangan kira-kira mereka nyalon karena daerahnya atau kalah di dapil yang lain, nyari kerjaan juga. Ketiga soal meskipun partai-partai dalam aspek keterwakilan perempuan cukup, tetapi dalam penempatannya ternyata misalnya tahun 2009 aspek nomor urut sangat penting. Aspek keterpilihan nomor urut satu dan dua meskipun pakai suara terbanyak masih tinggi, pemilih kita itu masih menganggap nomor satu layak. Kalau kita perhatikan penempatan perempuan penilaian saya hanya jadi persyaratan saja, misalnya PKS di Jakarta 1 itu ada enam kursi caleg perempuan ya nomor tiga dan enam.

Terkait belum dipublikasikannya daftar riwayat hidup para caleg ini, apakah JPRR berniat membantu masyarakat mempublikasikannya?

Pertama kita akan dorong ke KPU untuk mempublikasikannya lewat website. Karena itu yang paling efektif dan bisa diakses dari seluruh Indonesia. Kedua, kalaupun agak lama mungkin kita bisa ambil CV itu ke KPU dan akan kita sampaikan ke masyarakat melalui cara kita, misalnya dengan memasang di website kita dan sebagainya. Kita juga akan menggerakkan masyarakat untuk memberikan penilaian, barangkali ada caleg-caleg kita ternyata secara administratif atau secara hukum dia mestinya tidak lolos.

Kalau masyarakat melihat CV, kemudian apa yang harus diperhatikan sehingga tepat pilihannya?

Pertama pendidikan. Karena pendidikan itu menjadi syarat standar di kita, kalau misalnya dia pendidikan pernah sekolah dimana kemudian S1 dimana, S2 soal apa, dan sebagainya. Karena jalur pendidikan menunjukkan kemampuan seseorang. Kedua soal organisasi, dia pernah ada di organisasi mana, dia pernah terlibat di partai politik mana, keorganisasian masyarakat apa. Organisasi dan pendidikan ini juga menunjukkan misalnya arah politiknya kemana, karena bisa jadi dia lulusan dari perguruan tinggi mana yang menunjukkan lebih kemana. Ketiga soal karya tulis dan karya yang lain, dia pernah menulis apa itu juga bisa jadi pertimbangan. Meskipun kedekatan terhadap masyarakat, keinginan, idealisme itu bisa dilihat dari keterhubungan sehari-hari.   


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!