BERITA

Jelang Pengumuman KPU, Supaya Tak Unfriend di Dunia Nyata

Mencari simbol baru yang bisa menyatukan masyarakat kembali.

AUTHOR / Agus Luqman

Jelang Pengumuman KPU, Supaya Tak Unfriend di Dunia Nyata
Pengumuman KPU, 22 Juli, kotak-kotak

KBR, Jakarta - Besok adalah hari besar bagi seluruh rakyat Indonesia, karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan mengumumkan siapa peraih suara terbanyak dalam Pemilu Presiden tahun ini. Dari jauh-jauh hari, ikrar ‘siap menang siap kalah’ sudah diusung. Tapi proses Pemilu Presiden tahun ini seperti sudah membelah masyarakat dalam dua kubu – yang mendukung Prabowo Subianto dan yang mendukung Joko Widodo. 


Marzuki Muhamad atau Kill the DJ dari Yogya Hip Hop Foundation lewat lagunya “Bersatu Padu Coblos Nomor Dua” sudah mengingatkan soal pentingnya menjaga lagi persatuan Indonesia. Di bagian akhir lagunya, ia menulis “Menang tak jumawa, kalah lapang dada, siapa pun dia Presiden Indonesia.”


Bagaimana kubu Jokowi-JK memandang pentingnya rekonsiliasi pasca penghitungan manual versi KPU besok? Anggota tim pemenangan Jokowi-JK, Eva Kusuma Sundari tegas mengatakan kalau polarisasi di tengah masyarakat harus diakhiri. 


Masih sehari lagi untuk pengumuman pemenangan ini tapi banyak pihak menyarankan agar kita mulai lagi persatuan-persatuan, rekonsiliasi, dan sebagainya. Anda melihat sepenting apa kalau rekonsiliasi ini?


“Polarisasi dua kubu ini harus diakhiri ya. Kita tidak ingin seperti di DPR dilembagakan melalui MD3 itu. Di masyarakat banyak itu di socmed yang dihilangkan, di-unfriend, dan seterusnya ternyata berdampak di masyarakat.”


“Oleh karena itu sebelum pengumuman pun Pak Jokowi sudah mengajak rekonsiliasi bahkan memerintahkan stop pakai baju kotak-kotak, ini sempat menimbulkan gejolak di internal relawan. Terus diingatkan bahwa simbol sekarang harus dicari simbol baru yang mempersatukan sehingga ada ide untuk mulai pakai batik. Ini pas dengan himbauan Pak Jokowi untuk tidak memakai kotak-kotak sampai tanggal 22 karena berbagai alasan keamanan. Tapi sekaligus menjawab kebutuhan untuk mencari simbol baru yang dapat mempersatukan masyarakat yang selama ini terbelah antara kubu sana dan kubu sini.” 


Rekonsiliasi seperti apa yang akan dilakukan Pak Jokowi?


“Tentu mengajak komunikasi. Rekonsiliasi itu urusan percaya, ada tidak kepercayaan dan cara satu-satunya yang bisa untuk kemudian menanggalkan ego subjektif ya tentu ketika kita diajak sama-sama ngomong NKRI. Oleh karena itu ajakan rekonsiliasi itu bukan sekadar merukunkan karena di dalam visi misi Pak Jokowi sendiri pendekatan yang dipakai adalah pendekatan gotong royong, termasuk doktrin persatuan. Karena berbasis kepada nilai-nilai yang ada di Pancasila sehingga persatuan itu menjadi modal dan juga menjadi syarat agar bisa melaksanakan visi misi tersebut. Jadi berbagai argumen, bukan sekadar di masyarakat tapi di pemerintahan yang akan datang. Kemudian mendorong pemerintahan untuk bisa mewujudkan apa yang diinginkan.” 


Kalau seruan kepada relawan sudah dilakukan, kira-kira ke kubu Prabowo-Hatta ini apakah juga sudah mulai dirangkul kembali untuk rekonsiliasi dari PDIP dan tim sukses?


“Sebetulnya ada undangan dari presiden dua kali, Pak Jokowi sudah mengirim sinyal untuk mulai membangun komunikasi dengan Prabowo dan menemukan momentumnya ketika ternyata kebutuhan ini juga dirasakan oleh pak presiden. Ketika diundang pertama dan kedua itu agak membantu perlunya menjembatani dan mulainya komunikasi di antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo.” 


Ada yang menyebutkan sebetulnya ada apa dengan tanggal 22 dan seterusnya kok sepertinya tegang atau harap-harap cemas? Sebetulnya yang dikhawatirkan itu apa? 


“Bukan dari kita sebetulnya yang memperlakukan tanggal 22 itu menjadi demikian heboh. Sebetulnya kita agak mawas diri karena ada beberapa masukan, tanggal 22 itu jangan sampai pakai kotak-kotak. Karena ada info kotak-kotak diborong di Surabaya, Yogyakarta maupun di Jakarta. Ternyata dibagi ke bukan kelompok kita. Tanggal 22 bisa jadi momen untuk penyusupan, pengacauan, pancingan, dan seterusnya. Itu pertamanya di situ sehingga jangan pakai kotak-kotak sampai pengumuman dilakukan oleh KPU.”


“Kemudian yang kedua kita juga menghimbau untuk merayakan kemenangan di rumah. Karena kalau kemudian dua belah kubu mengerahkan massa di KPU dan ada potensi benturan ini juga tidak produktif. Jadi kemudian tanggal 22 itu oke silahkan Pak Prabowo mengerahkan pengamanan kepada KPU tapi pendukung Jokowi dipersilahkan merayakan di tempat masing-masing pos dan pada posisi on call, kalau diperlukan untuk berkumpul ya mari kita berkumpul kalau tidak ya tidak.”     




Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!