NASIONAL

IKOHI Tak Akan Pilih Capres Pelanggar HAM

"Bagaimana memimpin negara, bagaimana memimpin rakyatnya, kalau wataknya masih ada menculik dan membuang, dan menghilangkan orang secara paksa,"

AUTHOR / Shafira Aurel

IKOHI Tak Akan Pilih Capres Pelanggar HAM
Dewan Penasihat IKOHI dan Keluarga Korban Pelanggaran HAM Menuntut Penyelesaian Kasus HAM di Tjikini Resto, Jakarta (21/12/2023). Foto: Shafira Aurelia/KBR

KBR, Jakarta- Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) tidak akan memilih calon presiden yang diduga terlibat kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu.

Ketua IKOHI, Wanma Yetti, beralasan para keluarga korban anti terhadap capres yang tidak berperikemanusiaan dan amoral.

"Kami tidak akan mencoblos atau memilih pimpinan seorang dalang penculik. Kami takut keberulangan akan datang kembali buat anak cucu kita kedepannya. Bagaimana memimpin negara, bagaimana memimpin rakyatnya, kalau wataknya masih ada menculik dan membuang, dan menghilangkan orang secara paksa," ujar Yetti, dalam konferensi pers, Kamis (21/12/2023).

Wanma Yetti meminta agar capres dan cawapres tak menjadikan isu HAM sebagai amunisi untuk meraup dukungan suara. Sebab, menurutnya, yang dibutuhkan ialah upaya konkret dalam penyelesaian kasus.

Yetti menyebut penyelesaian kasus penculikan aktivis dan pelanggaran HAM berat lainnya akan semakin sulit bila dipimpin oleh seorang diduga terlibat di masa lalu.

"Ini akan semakin sulit selesai kalau pelakunya nyalon. Untuk itu, demi keadilan seluruh korban HAM mengutuk keras para pelaku tindakan kejahatan manusia," tuturnya.

Adapun tiga capres bakal berlaga dalam Pilpres 2024. Yakni capres nomor urut 1 Anies Baswedan, nomor urut 2 Prabowo Subianto, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo.

Baca juga:

- Debat Perdana Capres, YLBHI: Minim Solusi di Sektor Hukum dan HAM

Editor: Resky Novianto

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!