Kenaikan harga jual tebu tidak membuat petani senang, malah ini membuat mereka resah. Ini dirasakan petani Tebu di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang mengaku resah meski harga talangan tebu naik sebesar Rp8.250 dari sebelumnya Rp8.100. Ini terjadi kar
Penulis: Friska Kalia
Editor:

KBR, Bondowoso – Kenaikan harga jual tebu tidak membuat petani senang, malah ini membuat mereka resah.
Ini dirasakan petani Tebu di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang mengaku resah meski harga talangan tebu naik sebesar Rp8.250 dari sebelumnya Rp8.100. Ini terjadi karena dihapuskannya dana sharing yang biasa dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI.
Menurut Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Bondowoso, Cung Kusaeri, petani menolak atas dihapuskannya dana sharing tersebut. Sebab, kebijakan tersebut sangat tidak berpihak kepada petani. Kebijakan ini malah akan merugikan petani tebu, tidak hanya di Bondowoso.
“Karena memang ada jaminan dari PTPN XI misalkan harga di bawah Rp8.250 sisanya ditanggung oleh PTPN. Kalau begini kan tidak berpihak pada petani tebu. Ini sangat memprihatinkan, dari cost-nya saja untuk mencapai BEP harga Rp8.250 masih belum memenuhi HPP Gula,” kata Cung Kusaeri saat dihubungi KBR, Jum’at (30/5).
Menurut Cung Kusaeri, sudah saatnya Pemerintah lebih memaksimalkan produk dalam negeri dengan membatasi masuknya gula impor ke Indonesia.
Sementara itu, Kepala Seksi Tanaman Semusim Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso, Sukajdi mengatakan memang ada aturan baru yang menyatakan bahwa petani harus menutupi sendiri biaya jual jika harga lelang di bawah harga talangan yang telah ditetapkan Pemerintah.
“Harga talangan ada kenaikan dari Rp8.100 jadi Rp8.250, tapi tahun ini tidak ada sharing. Kalau dulu gula dibayar oleh PTPN, kemudian gulanya dilelang dan kalau lelangnya lebih dari Rp8.100 sisanya dikembalikan ke petani. Kalau sekarang tidak, jika harga jual dibawah harga talangan maka petani yang menanggung,” kata Sukadji kepada KBR.
Menurutnya, hal tersebut karena saat ini PTPN XI tidak menjadi importir gula terdaftar sehingga tidak bisa membeli gula dari luar dan hanya murni membeli tebu rakyat dan tebu sewa. Kebijakan ini, diakui Sukadji membuat resah para petani tebu di Bondowoso. Apalagi tahun 2015 akan ada Pasar Bebas, sehingga persaingan akan semakin ketat.
Berdasarkan jadwal, awal giling tebu di Bondowoso akan dimulai pada 2 Juni mendatang dan berakhir pada 25 Oktober 2014, dengan perkiraan jumlah bobot tebu sekitar 442.843 Ton.
Baca juga:
Merugi, Petani Tebu di Jatim Stop Kirim Tebu ke Pabrik