NASIONAL

Harga Cabai Melonjak, Warteg Gunakan Strategi Mengirit

Kowantara tak bisa menaikkan harga makanan karena takut kehilangan pembeli.

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

Harga Cabai Melonjak, Warteg Gunakan Strategi Mengirit
Ilustrasi: Pedagang cabai di pasar tradisional. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta– Pengusaha Warung Tegal (Warteg) mengeluhkan mahalnya harga cabai rawit merah yang kini mencapai Rp100 ribu per kilogram. Sebab, kenaikan harga cabai rawit merah berdampak dan memberatkan para pelaku usaha warung makan, seperti warteg.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, untuk mengatasi situasi itu, ia merekomendasikan kepada pelaku usaha warteg untuk melakukan diversifikasi dalam mengolah menu. Semisal ketika membuat sambal, para pengusaha bisa memasukkan tomat atau bahan pedas lain, untuk mengurangi penggunaan banyak cabai.

“Kita harus mendiversifikasi menu supaya kita enggak terjebak karena susah juga, warteg harus ngikutin harga, makanya tadi ditambahin tomat diperbanyak terus ada tambahan-tambahan lada yang pedas-pedas gitu,” ucap Mukroni kepada KBR, Selasa, (21/11/2023).

Kata dia, naiknya harga cabai membuat pelaku usaha warteg mengurangi pembelian cabai. Misalnya ketika memiliki uang Rp100 ribu, maka tak semua dibelikan cabai namun separuhnya untuk membeli tomat. Ini siasat yang bisa dilakukan pelaku usaha warteg.

Mukroni menambahkan, Kowantara tak bisa menaikkan harga makanan karena takut kehilangan pembeli. Dia berharap pemerintah bisa mencari solusi agar harga cabai tak terus meroket.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), per 21 November 2023, harga rata-rata nasional cabai rawit merah Rp85.950 per kilogram, naik dibanding sehari sebelumnya Rp82.450.

Kemudian cabai rawit hijau Rp64.650, sebelumnya Rp62.950 per kilogram, cabai merah keriting Rp68.050, sebelumnya Rp66.50 per kilogram, dan cabai merah besar Rp63.950, sebelumnya Rp62.600 per kilogram.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!