BERITA
Gus Solah Bantah KH Malik Madaniy Diculik
Hanya diajak pergi ke suatu tempat oleh Katib Syuriyah KH Yahya Staquf.
AUTHOR / Muji Lestari
KBR, Jombang – Informasi penculikan Katib Aam PBNU KH Malik Madaniy yang beredar di pesan singkat elektronik dibantah pengasuh PP Tebuireng, KH Solahudin Wahid (Gus Solah).
Menurut adik kandung bekas Ketua Umum PBNU
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, Kiai Malik tidak diculik namun hanya diajak pergi ke suatu tempat oleh Katib Syuriyah
KH Yahya Staquf.
“Bukan penculikan. Jadi Pak Malik diajak ke suatu tempat oleh Yahya
Staquf, mestinya saudara Staquf tidak memperlakukan Pak Malik seperti
itu, Pak Malik kan menjalankan fungsinya sebagai Khatib aam dengan cara
yang benar menurut saya. Memang panitia tidak boleh memaksakan kehendak,
itu benar tetapi bertentangan dengan pemikiranya saudara Yahya Staquf,
tidak boleh memaksakan kehendak", kata Gus Solah, dalam jumpa pers di
Media Center Muktamar NU gedung SMAN 1 Jombang, Minggu (2/08/2015).
Nama Yahya Staquf memang menyebar lewat SMS dan BBM. Isinya, Malik
Madani diculik oleh Yahya Staquf beberapa saat setelah KH Malik adu
mulut dengan panitia pendaftaran peserta muktamar di GOR Merdeka, Sabtu
(1/8/2015) kemarin.
KH Malik adalah orang memerintahkan panitia pendaftaran memberikan ID
Card yang sama bagi peserta yang pro sistem AHWA maupun kontra AHWA. Itu
setelah ketahuan calon muktamirin kontra AHWA hanya diberi ID Card
kosongan tanpa nama, foto diri, maupun barcode. Sedangkan yang pro AHWA
diberi ID Card lengkap dengan nama, foto, dan barcode. Padahal, untuk
menghadiri sidang-sidang komisi dalam muktamar, peserta harus
menunjukkan ID Card yang lengkap.
Kata Gus Solah, seharusnya tidak ada diskriminasi kepala muktamirin. Soal
pakai AHWA atau tidak, Gus Solah meminta untuk diserahkan kepada
muktamirin saat sidang pleno.
Editor: Citra Dyah Prastuti
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!