Pemimpin etnis Tatar Krimea Mustafa Dzhemilev meminta penjaga perdamaian internasional dikirim ke semenanjung Krimea di Laut Hitam. yang belum lama ini dianeksasi Rusia dari Ukraina.
Penulis: Eva Mazrieva
Editor:

KBR68H, Washington - Pemimpin etnis Tatar Krimea Mustafa Dzhemilev meminta penjaga perdamaian internasional dikirim ke semenanjung Krimea di Laut Hitam. yang belum lama ini dianeksasi Rusia dari Ukraina.
Penganjur HAM senior Mustafa Dzhemilev pernah menjalani hukuman penjara enam kali di Soviet dari tahun 1966 sampai 1986. Ia berbicara di New York dalam sidang tidak resmi DK PBB yang diselenggarakan Lithuania.
Setelah pertemuan itu Dzhemilev mengaku khawatir etnis Tatar Krimea akan menjadi sasaran kekerasan di bawah kekuasaan Rusia dan menginginkan pasukan penjaga perdamaian dikerahkan ke Krimea.
Pilihan kedua, kata Dzhemilev, adalah mengirim pasukan NATO seperti yang dilakukan sebelumnya di Kosovo.
Etnis Tatar Krimea dideportasi besar-besaran oleh diktator Soviet Josef Stalin tahun 1944 karena dituduh bekerja sama dengan Nazi Jerman dan baru kembali ke tanah air mereka di semenanjung itu tahun 1991. Kini jumlah warga Tatar sekitar 12 persen dari hampir dua juta penduduk Krimea.
Menurut Rusia, 96 persen lebih warga Krimea yang ikut dalam referendum 16 Maret memilih bergabung dengan Rusia. Namun Dzhemilev berkeras pemilih yang memberikan suara hanya 32 persen.
Selain itu, referendum yang diadakan Rusia aneh karena menurut pandangannya hak untuk menentukan nasib sendiri sebuah wilayah hanya dimiliki penduduk asli dari wilayah itu, yaitu etnis Tatar. Tapi katanya mereka memboikot referendum itu.
Misi Rusia di PBB memboikot sidang tidak resmi DK mengenai Krimea hari Senin, menyebutnya sebagai pertunjukan propaganda yang memihak. (VOA)
Editor: Antonius Eko