KBR68H, Banyuwangi - Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) Yogyakarta menduga empat lempeng prasasti dari Banyuwangi berasal dari era Singhasari
Penulis: Hermawan Arifianto
Editor:

KBR68H, Banyuwangi - Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) Yogyakarta menduga empat lempeng prasasti dari Banyuwangi berasal dari era Singhasari. Singhasari merupakan era sebelum Kerajaan Majapahit. Koordinator Madya, Jhohannes Marbun mengatakan, dugaan itu muncul setelah arkeolog Ismail Lutfi menerjemahkan salah satu isi prasasti tersebut. Kata dia, prasasti itu telah dijual kepada seorang kolektor di Bali yang sering menjual barang antik ke pejabat penting di Indonesia seharga Rp 20 juta.
“Terakir saya komunikasi dengan kolektgor itu pada tanggal 4 November barang itu sudah dijual, sudah berpindah tangan. Nah saya Tanya ke siapa penujualanya? Teman saya juga tapi teman saya ini biasanya menerima pesanan dari salah seorang petinggi negara. Artinya kalau dilihat dia sendiri sebenarnya tahu peredaran kemana selannjutnya barang itu kan gitu ya,” kata Jhohannes Marbun kepada KBR68H.
Jhohannes Marbun menambahkan, lembaganya telah melaporkan informasi ini ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia meminta pemerintah lebih memerhatikan benda peninggalan sejarah ini. Pasalnya, penggalian-penggalian illegal benda bersejarah kerap terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur dan Bali menjadi tujuan penjualan benda tersebut. Kata dia, kolektor di Bali memiliki jaringan hingga ke luar negeri.
Editor: Damar Fery Ardiyan