NASIONAL

Ekonom Ingatkan Pemerintah Fokus Buka Lapangan Pekerjaan, Ini Alasannya

"At least sebetulnya ekonomi itu bisa bergerak kalau masyarakatnya bisa bekerja gitu," ujar Eko

AUTHOR / Siska Mutakin

EDITOR / Resky Novianto

Google News
phk
Ilustrasi pekerja terdampak PHK saat pandemi Covid-19. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Wakil Direktur INDEF, Eko Sulistyo mengatakan tantangan terbesar jangka pendek di tahun 2025 adalah penciptaan lapangan kerja. 

Ia menilai Presiden Prabowo perlu mewujudkan Program Asta Cita Prabowo, salah satunya upaya untuk membuka banyak lapangan pekerjaan.

"At least sebetulnya ekonomi itu bisa bergerak kalau masyarakatnya bisa bekerja gitu," ujar Eko dikutip Youtube INDEF, Jumat (14/2/2025).

Eko juga menanggapi isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang ramai di sosial media.

Menurutnya, hal ini menjadi perbincangan yang menghasilkan sisi negatifnya. 

Ia juga mempertanyakan solusi dari PHK massal ini kepada pemerintah. Menurutnya jika PHK di 2025 tidak bisa dicegah dan terus meningkat, maka pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di bawah 5%.

"karena ini sangat berkaitan ya antara penciptaan lapangan kerja dengan kemampuan kita untuk menghasilkan ekonominya," ujarnya.

Baca juga:

Ironi Efisiensi Anggaran ala Prabowo: Pegawai Kontrak Terancam PHK, Pesohor Dapat Jabatan

Sebelumnya, jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK sepanjang Januari -Desember 2024, sesuai data Kementerian Ketenagakerjaan, mencapai lebih kurang 80.000 orang. 

Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan total pekerja ter-PHK sepanjang tahun 2023 yang berkisar 60.000 orang.

Hal tersebut disampaikan Direktur Kelembagaan dan Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) C Heru Widianto dalam konferensi pers, Senin (23/12/2024), di Jakarta. 

Sebanyak 80.000 pekerja yang terdampak PHK tersebut berasal dari berbagai sektor industri.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!