NASIONAL

DPT Pemilu 2024 Didominasi Kaum Milenial, Ancaman Golput?

Jumlah pemilih untuk Pemilu 2024 mendatang sebanyak lebih dari 204 juta orang. Generasi milenial atau Generasi Y, yang sering kali tidak tertarik dengan politik, mendominasi jumlah pemilih tersebut.

AUTHOR / Shafira Aurel

pemilu 2024, golput
Warga memeriksa Daftar Pemilih Tetap DPT Pemilu 2024 di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (4/7/2023). (Foto: ANTARA/Anis Efizudin)

KBR, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan jumlah pemilih untuk Pemilu 2024 mendatang sebanyak lebih dari 204 juta orang. Generasi milenial atau Generasi Y, yang sering kali tidak tertarik dengan politik, mendominasi jumlah pemilih tersebut. Pada Pemilu 2019, angka golput atau tidak menggunakan hak pilih mencapai 19 persen dari total pemilih.

Betty Epsilon Idroos, anggota KPU RI, mengungkapkan bahwa jumlah pemilih didominasi oleh kalangan milenial atau generasi muda.

"Total rekap nasional pemilih dalam dan luar negeri sebanyak 204.807.222 orang. Inilah hasil rekapitulasi nasional daftar pemilih tetap untuk Pemilu tahun 2024 yang disusun oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)," kata Betty dalam rapat pleno rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 pada Minggu (2/7/2023).

Ada lima provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten.

Meskipun masih delapan bulan sebelum hari pemungutan suara, potensi dan ancaman golput dalam pemilu sudah mulai muncul. Mulai dari politik identitas, politik uang, hingga ancaman golput atau tidak menggunakan hak pilih.

Salah satu suara golput muncul dari kelompok suporter bola Aremania dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.

Mereka mengajukan seruan golput pada pemilu mendatang sebagai bentuk kekecewaan terhadap penyelesaian kasus Kanjuruhan. Bahkan, spanduk bertuliskan '2024 Golput' juga terlihat di Kota Malang, Jawa Timur.

Pada bulan Mei lalu, kelompok buruh juga mengancam akan melakukan golput jika pemerintah tidak mencabut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2023 tentang Cipta Kerja.

Badan Pengawas Pemilu RI menyatakan bahwa golput masih menjadi ancaman yang perlu ditangani melalui sosialisasi yang dilakukan sejak dini.

Baca juga:

Imbauan DPR

Kekhawatiran mengenai golput dari kalangan milenial juga dikemukakan oleh kalangan parlemen.

Guspardi Gaus, anggota Komisi Bidang Pemilu di DPR, mendesak kaum milenial untuk tidak melakukan golput atau menyia-nyiakan hak suara mereka dalam pemilu mendatang. Ia menegaskan bahwa kaum milenial memiliki peran penting dalam menyuarakan pemilu 2024.

"Jangan Golput. Kita berharap bahwa para milenial ini menjadi orang-orang yang berada di garis depan untuk mengimbau semua elemen masyarakat yang memiliki hak pilihnya agar berpartisipasi. Mereka harus mengimbau, mengajak, dan melakukan sosialisasi karena mereka adalah pemilih cerdas. Mereka pasti memahami hak dan kewajiban serta memikirkan masa depan. Oleh karena itu, momen yang hanya datang setiap lima tahun ini tidak boleh disia-siakan. Apapun yang terjadi, hal ini akan mengubah pemimpin di masa depan," ujar Guspardi kepada KBR pada Selasa (4/7/2023).

Selain itu, Guspardi Gaus juga meminta semua pihak untuk terus mengkampanyekan dan mendorong pemilih milenial agar aktif berpartisipasi dalam pemilu.

Namun, ada beberapa kalangan milenial yang tetap mengumumkan niat untuk golput dalam pemilu 2024, seperti Hoirunnisa, warga Jakarta. Ia memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya karena belum menemukan sosok pemimpin yang sesuai dengan visi-misinya.

"Sebagai seorang pemilih milenial yang baru dua kali memberikan suara dalam pemilu, aku masih merasa bingung untuk menentukan calon pemimpin yang mampu memimpin dengan baik. Aku belum bisa memilih dengan yakin dan belum menemukan pilihan yang sesuai dengan harapanku. Jadi, pikiranku saat ini masih cenderung untuk golput," kata Hoirunnisa kepada KBR pada Rabu (5/7/2023).

Sementara itu, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) meyakini bahwa ancaman golput dari kalangan milenial dalam pemilu mendatang tidaklah tinggi.

Fadli Ramadhanil, peneliti dari Perludem, optimistis bahwa pemilih milenial akan lebih banyak menggunakan hak suaranya dalam memilih pemimpin bangsa.

"Saya cukup optimis bahwa partisipasi dalam Pemilu 2024 akan maksimal. Segala hal yang berkaitan dengan golput tergantung pada narasi kampanye dan debat politik yang dihadirkan oleh para peserta pemilu. Banyak variabel yang memengaruhi golput. Namun, menurut saya, potensi golput dari pemilih muda sebenarnya tidaklah besar," ujar Fadli kepada KBR pada Rabu (5/7/2023).

Fadli Ramadhanil juga berharap bahwa banyaknya pemilih dari kalangan milenial dapat membawa perubahan positif bagi masa depan Indonesia.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!