BERITA
Dokter Indonesia Siap bersaing dalam MEA
Sebelum persaingan profesi dokter benar-benar dibuka, masih diperlukan beberapa negosiasi lagi.
AUTHOR / Dian Kurniati
KBR, Jakarta– Persaingan profesi dokter dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diperkirakan paling cepat baru akan terjadi pada 2018. Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Bambang Supriyatno mengatakan, saat ini masih berlangsung negosiasi panjang di antara negara peserta ASEAN, karena semua negara harus berhati-hati sebelum membuka diri. Padahal, kata dia, banyak dokter Indonesia yang sudah menyatakan siap bersaing dalam MEA.
“Dokter kita yang menyatakan akan ke luar, saya bilang belum dibuka. Domestic regulations saja belum. Datang ke sana kita tidak bisa ngapa-ngapain juga. Tunggu domestic regulations-nya, dan itu paling cepet 2017. Jadi sabar sedikit lah,” kata Bambang di kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (11/05/16).
Bambang mengatakan, sebelum persaingan profesi dokter benar-benar dibuka, masih diperlukan beberapa negosiasi lagi. Salah satunya pertemuan negosiasi soal aturan domestik yang bakal digelar di Laos, pekan depan. Dalam negosiasi itu, setiap negara peserta MEA bisa mengusulkan aturan domestik yang bakal diberlakukan.
Kata dia, Indonesia juga sudah menyiapkan beberapa usulan, misalnya dokter asing harus memiliki sertifikat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan nilai tertentu, jumlah dokter tidak lebih dari kuota yang ditetapkan pemerintah, bersedia ditempatkan di daerah terpencil, tidak boleh berdagang, serta menguasai sedikit bahasa daerah di Indonesia. "Usulan itu baru akan dipaparkan, dan belum tentu disetujui oleh negara lain."Ujarnya.
Pemerintah tengah menyiapkan diri menghadapi MEA. Dalam skema kerjasama itu, setiap negara ASEAN bisa berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan dengan negara lain, termasuk mengirim atau menerima tenaga kerja profesional. Ada delapan profesi yang akan bersaing dalam MEA, yakni insinyur, arsitek, tenaga pariwisata, dokter gigi, akuntan, tenaga medis, tenaga survei, dan perawat. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.
Editor: Malika
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!
Irene8 years ago
Tulisan yg menarik. Kebetulan saya akan meneliti mengenai upaya indonesia meningkatkan dokter dalam liberalisasi jasa asean. Namun saya ingin bertanya dgn blm meratanya dokter di indonesia, apakah msh dpt bersaing dgn negara asean lainnya? Dan adakah upaya yg dilakukan indonesia untuk pemerataan dokter indonesia? Selain upaya secara domestik yg dilakukan indonesia?