NASIONAL

COP28, Klaim Indonesia, dan Kritik Penanganan Krisis Iklim

Kalimantan Timur mengalami laju kenaikan suhu udara permukaan tertinggi di Indonesia hingga mencapai 0,47 derajat celsius per dekade.

AUTHOR / Heru Haetami, Muthia Kusuma Wardani

COP28, Klaim Indonesia, dan Kritik Penanganan Krisis Iklim
Lokasi penyelenggaraan COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab. Foto: unfccc.int

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo menghadiri World Climate Action Summit COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab. COP28 adalah Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau Konferensi Para Pihak UNFCCC. COP28 akan berlangsung 30 November-12 Desember 2023.

Jokowi mengeklaim, masyarakat global berharap komitmen pendanaan dalam konferensi ini untuk menekan perubahan iklim.

"Harapan dunia terhadap COP28 ini sangat besar agar ada aksi global yang nyata untuk pembatasan kenaikan suhu di dunia. Komitmen nyata harus diperkuat khususnya komitmen negara-negara maju untuk pendanaan iklim, utamanya dalam rangka mencapai target net zero emission," kata Jokowi dalam keterangan pers di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Kamis, 30 November 2023.

Jokowi mengatakan, dalam KTT COP28, dirinya akan menyampaikan sejumlah pengalaman Indonesia dalam membangun transisi energi berkelanjutan.

"Saya akan menyampaikan pengalaman Indonesia dan mempertegas pentingnya kolaborasi global untuk pendanaan iklim, serta pentingnya transisi yang inklusif untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang," katanya.

Klaim Indonesia

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengeklaim, Indonesia telah berhasil menurunkan emisi hingga 52 persen pada 2020. Angka ini lebih tinggi dibanding negara-negara lain yang menjaga penurunan emisi gas rumah kaca minimal 43 persen.

Namun, setelah 2020, angka penurunan emisi nasional bergerak fluktuatif, menjadi 43 persen pada 2021, dan 42 persen pada 2022.

Mengutip Antara, klaim itu disampaikan Menteri Siti mengunjungi Paviliun Indonesia di COP28 Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu, 29 November 2023.

"Indonesia sebetulnya sudah masuk di kelompok negara-negara yang bisa menurunkan emisi gas rumah kaca secara cukup ambisius. Artinya, cukup aman," kata Siti, seperti dikutip KBR dari Antara, Kamis, 30 November 2023.

Menteri Siti menambahkan, pemeritah terus bekerja keras menekan emisi dari sejumlah sektor, seperti di wilayah pesisir dengan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, kemudian dari pertanian dan peternakan.

Sebab, sektor peternakan juga menyumbang emisi karena kotoran ternak, pengolahan lahan pertanian dengan metode pembajakan juga menghasilkan emisi besar.

"Tahun depan dari hitungan yang sudah ada kita putuskan pasti lebih dari 43,2 persen (penurunan emisi,' ujar Siti.

Kritik

Namun, upaya pemerintah mengatasi krisis iklim menuai kritik. Salah satunya dari Greenpeace Indonesia. Greenpeace mengambil contoh kasus di Kalimantan Timur. Di sana, perubahan alih fungsi lahan menjadi penyebab tingginya laju kenaikan suhu di Kalimantan Timur.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Adila Isfandiari mengatakan, cakupan lahan perhutanan di Kalimantan Timur terus berkurang karena dialih-fungsikan sebagai kawasan tambang batu bara. 

Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, lokasi Ibu Kota Negara baru itu mengalami laju kenaikan suhu udara permukaan tertinggi di Indonesia hingga mencapai 0,47 derajat celsius per dekade.

"Saat ini ya banyak sekali dijadikan untuk palm oil, atau untuk tambang batubara jadi cakupan hutannya pun berkurang jauh. Kita tidak tahu nih jika nanti dijadikan IKN apakah akan semakin parah alih hutannya? kita lihat rencana penggunaan lahannya," ucap Adila kepada KBR, Selasa, (6/6/2023).

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Adila Isfandiari mendorong pemerintah serius mengatasi krisis iklim yang dampaknya sudah terjadi. Ia meminta pemerintah segera mengonversi energi sesuai komitmen global untuk menurunkan laju kenaikan suhu udara. Ia menegaskan, krisis iklim sangat berdampak buruk terhadap masyarakat, termasuk gagal panen.

Seputar COP28

Konferensi Perubahan Iklim PBB (COPs) diselenggarakan tiap tahun. COP merupakan satu-satunya konferensi di dunia yang membahas tentang perubahan iklim dengan keanggotaan hampir meliputi seluruh negara di dunia.

COP adalah upaya bersama dunia untuk menyetujui sejumlah langkah guna menangani krisis iklim, semisal menurunkan suhu bumi hingga 1,5 derajat Celcius, dan mencapai net zero emisi pada 2050.

Mengutip situs UNFCCC, diperkirakan lebih dari 70 ribu delegasi akan menghadiri COP28, termasuk negara-negara anggota, Kemudian ada pula para pebisnis, ilmuwan, masyarakat adat, jurnalis, dan para ahli, juga para pihak terkait.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!