BERITA
BNPB Deteksi 482 Titik Panas di Wilayah Indonesia
Selain karena puncak musim kemarau, peningkatan titik panas ini juga disebabkan pembakaran lahan yang dilakukan oleh warga untuk menyiapkan musim tanam.
AUTHOR / Andi Muhammad Arief
KBR, Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendeteksi 482 titip panas di wilayah Indonesia. Wilayah dengan titik panas terbanyak ditemukan di Kalimantan Barat dengan jumlah 303 titik panas.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo P.
Nugroho menjelaskan, selain karena puncak musim kemarau, peningkatan titik
panas ini juga disebabkan pembakaran lahan yang dilakukan oleh warga untuk
menyiapkan musim tanam pertanian dan perkebunan.
"Seiring dengan meningkatnya jumlah titik api, maka BNPB akan menambah 4
Helikopter Water Bombing yang
ditempatkan di Jambi, 2 unit, dan Kalbar, 2 unit. (Di) Kalbar, memang tiga hari
terakhir terjadi peningkatan titik api. Dan kalau kita lihat, memang (kebakaran
terjadi) pada lahan-lahan yang dibakar untuk persiapan pertanian dan perkebunan,"
jelas Sutopo kepada KBR, Rabu (17/8/2016).
Saat ini, lanjut Sutopo, BNPB terus siaga bersama dengan Tim Satgas Gabungan. Sejauh
ini kata dia BNPB telah mengerahkan 7 Helikopter Water Bombing, 2 Pesawat Water
Bombing, dan 2 Pesawat Hujan Buatan yang ditempatkan di berbagai daerah untuk
membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"BNPB (juga) memberikan pada BPBD, TNI, (dan) Polri dana operasional
adalam pemadaman hutan kali ini.”.
Sementara itu, BNPB juga mencatat sebanyak 75 titik panas di Riau. Menurutnya,
Tim Satgas Gabungan telah melakukan usaha pemadaman karhutla dengan cara
menjatuhkan 17,9 juta air dari helikopter dan pesawat water bombing.
"Untuk hujan buatan, 35 ton dan 61 ton garam sudah ditaburkan ke dalam awan-awan potensial di Riau dan Sumatera Selatan," pungkas Sutopo.
Editor: Malika
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!