BERITA

BI: Utang Luar Negeri Indonesia Rp. 4,2 Kuadriliun

"Utangnya pemerintah ini, didominasi utang jangka panjang, totalnya pada kuartal kedua ini, USD 158,7 miliar"

AUTHOR / Dian Kurniati

BI:   Utang Luar Negeri Indonesia Rp. 4,2 Kuadriliun
Ilustrasi (sumber: Setkab)



KBR, Jakarta- Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) pemerintah atau publik pada kuartal kedua 2016 tumbuh USD 7,4 miliar atau Rp 90,28 triliun. Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati mengatakan, pada kuartal kedua tahun ini, total utang luar negeri pemerintah sebesar USD 158,7 miliar atau Rp 1.936,1 triliun. Meski begitu, kondisi ULN itu sehat karena didominasi utang jangka panjang.

"Utang swasta tumbuh negatif, utang publik naik cukup tajam. Khusus utang publik, utangnya pemerintah ini, didominasi utang jangka panjang, totalnya pada kuartal kedua ini, USD 158,7 miliar, naik dari USD 151,3 miliar. Utang jangka pendek yang kecil ini, USD 3,2 miliar. Jadi sebagian besar utang pemerintah ini jangka panjang," kata Hendy di kantornya, Selasa (23/08/16).


Hendy mengatakan, apabila dilihat dari instrumennya, kenaikan utang itu didorong oleh peningkatan obligasi pemerintah. Adapun pinjaman luar negeri justru sedikit menurun dari kuartal sebelumnya. Pinjaman luar negeri pemerintah didominasi oleh pinjaman proyek yang nilainya relatif stabil. Penurunan posisi pinjaman disebabkan oleh pinjaman proyek yang turun sebesar USD 0,4 miliar dari kuartal sebelumnya.



Utang Swasta


Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri oleh swasta mengalami penurunan. Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati mengatakan, tren penurunan itu terjadi, meski nilainya masih lebih besar dibanding pemerintah atau publik. Kata dia, utang luar negeri oleh swasta yang turun itu akibat berbagai sektor perekonomian yang lesu, sehingga swasta tidak banyak memerlukan suntikan utang untuk produksi.


"Utang swasta, kalau kita bicara jangka pendek, dia ada kenaikan, tetapi dia turun. Kalau jangka panjang, di kuartal dua memang turun. Kami sudah menengarai, dari kuartal satu, dia turun terus. Jadi dia lebih banyak membayar daripada meminjam. Perusahaan PMA itu, saat ekspor turun, Kenapa mesti utang banyak-banyak, kalau dia tidak perlu banyak capital untuk produksi," kata Hendy di kantornya, Selasa (23/08/16).


Hendy mengatakan, meski utang luar negeri kuartal kedua ini mengalami penurunan, BI optimistis situasi akan membaik pada kuartal ketiga dan keempat. Menurutnya, penurunan utang luar negeri oleh swasta bukanlah hal permanen, melainkan siklus yang wajar terjadi.


Hendy berujar, kondisi utang luar negeri Indonesia yang hingga semester pertama 2016 sebesar USD 323,8 miliar atau Rp 4.2741,60 triliun, merupakan kondisi yang sehat. 


Pasalnya, utang luar negeri itu lebih didominasi oleh utang jangka panjang ketimbang jangka pendek. Menurutnya, apabila dilihat dari produk domestik bruto (PDB), rasio utang pada kuartal kedua sebesar 36,8 persen. Meski meningkat dibanding kuartal pertama sebesar 36,6 persen, level itu masih berada di ambang wajar. Sehingga, perkembangan utang luar negeri itu masih sehat.


BI mencatat, pada kuartal kedua 2016, utang luar negeri sebesar USD 323,8 miliar atau Rp 4.279 kuadriliun dengan  kurs rupiah Selasa (23/08). Utang itu terdiri dari sektor pemerintah atau publik sebesar USD 158,7 miliar atau 49,0 persen dari total utang, sedangkan dari sektor swasta sebesar USD 165,1 miliar atau 51,0 persen dari total utang. 


Editor: Rony Sitanggang

 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!