NASIONAL
Bencana Kelaparan, Bapanas Akan Evaluasi Perubahan Struktur Pangan di Papua
Bapanas minta pemerintah pusat dan daerah tetap mempertahankan kearifan lokal dan pola makan masyarakat, sebelum gencar melakukan perubahan struktur pangan di berbagai daerah, termasuk di Papua.
AUTHOR / Shafira Aurel
KBR, Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut perubahan struktur pangan menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana kelaparan berulang di wilayah Papua.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan ada sejumlah kendala terkait sektor pangan di Papua. Di antaranya tidak tersedianya bahan makanan yang dimiliki, dan akses yang sulit.
Arief mengatakan seharusnya pemerintah pusat dan daerah tetap mempertahankan kearifan lokal dan pola makan masyarakat, sebelum gencar melakukan perubahan struktur pangan di berbagai daerah, termasuk di Papua.
Menurut Arief, bencana kelaparan yang kini melanda Papua Tengah juga disebabkan adanya perubahan pola makan masyarakat yang bergantung dari luar.
"Kalau struktur pangan seharusnya mengacu ke situ (kearifan lokal). Struktur pangan yang mau ideal ya itu. Kemudian pemenuhannya tergantung dari kearifan pangan lokal tadi. Jadi di daerah tertentu kalau memang sudah biasa turun-temurun makan sagu, ya memang akan sagu. Disuruh makan roti dia juga nggak pas. Jadi biarkan kearifan pangan itu berkembang," ujar Arief ketika dihubungi KBR, Selasa (1/8/2023).
Baca juga:
- 6 Warga Meninggal Karena Kelaparan di Kabupaten Puncak, Ini Perintah Jokowi
- Kelaparan di Papua, Tokoh Gereja: Penyaluran Bantuan Jangan Melalui Aparat Keamanan
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menambahkan pihaknya bersama pemerintah berkomitmen untuk memastikan stok pangan cukup untuk di daerah tersebut.
Ia berharap ke depan permasalahan pangan ini tidak menjadi ancaman yang menakutkan. Ia meminta seluruh pihak juga dapat bekerjasama dalam mengatasi bencana kelaparan ini.
Arief Prasetyo Adi menyatakan Bapanas akan mengevaluasi pelaksanaan perubahan struktur pangan di Papua.
Bencana kelaparan di Papua sebelumnya terjadi pada 1997 yang melanda Sinak dan Ilaga. Setahun kemudian, kelaparan terjadi di Silimo Kabupaten Jayawijaya. Pada 2000, bencana kelaparan terjadi Bonggo, Jayapura. Lima tahun kemudian terjadi kelaparan yang menewaskan warga di Yahukimo.
Pada 2015, kasus kelaparan terjadi di Lanny Jaya, Puncak dan Nduga Papua, serta di Kabupaten Tambraw, Papua Barat. Tiga tahun kemudian, kasus kelaparan melanda warga di Kabupaten Asmat, dan pada 2019 terjadi di Nabire, Merauke serta Intan Jaya.
Pada 2023, bencana kelaparan terjadi di tiga distrik di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Tiga distrik itu adalah Distrik Agandugume, Distrik Lambewi dan Distrik Oneri. Distrik Lambewi dan Agandugume berstatus tanggap darurat sejak 7 Juni lalu.
Baca juga:
Editor: Agus Luqman
Catatan Redaksi: Redaksi mengubah judul tulisan ini, dari semula Kelaparan di Papua, Bapanas: Sudah Biasa Makan Sagu, Disuruh Makan Roti. Terima kasih atas perhatiannya.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!