NASIONAL

Benarkah Petani Diuntungkan dengan Kenaikan HET Beras?

HET beras hanya dapat memengaruhi harga di tingkat konsumen.

AUTHOR / Hoirunnisa, Astry Yuana Sari

EDITOR / Sindu

Benarkah Petani Diuntungkan dengan Kenaikan HET Beras?
Ilustrasi: Petani gagal panen di Ngawi, Jawa Timur. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Serikat Petani Indonesia (SPI) menyatakan perpanjangan relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras oleh pemerintah tidak menguntungkan petani.

Menurut Departemen Kajian Strategis Nasional DPP SPI, Mujahid Widian Saragih, HET beras hanya dapat memengaruhi harga di tingkat konsumen. Kata dia, aspek paling menguntungkan bagi petani adalah kewajaran Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras dan gabah.

"Memang strategi yang paling efektif ditempuh adalah terkait HPP, karena secara kebijakan HPP ini tujuannya adalah melindungi harga di tingkat tani. Jadi, bagaimana harga jual gabah di tingkat petani itu tidak turun dan dalam hal ini pemerintah memainkan perannya. Karena memang diharapkan Bulog dapat menyerap beras dari tingkat petani. Karena memang meskipun bicara mengenai ada kebijakan dari pemerintah, tapi masih sering ditemui bagaimana harga gabah di bawah HPP yang sudah ditetapkan pemerintah sekalipun," ujar Mujahid kepada KBR, Selasa, (4/6/2024).

Naikkan HPP

Mujahid Widian Saragih menegaskan SPI sudah menuntut pemerintah untuk menetapkan harga HPP di kisaran Rp7.000 per kilogram.

Menurutnya, kisaran angka tersebut dapat melindungi harga di tingkat petani. Sebab, fakta lapangan membuktikan HPP gabah masih di bawah angka yang ditetapkan pemerintah. Ia mendorong pemerintah mengoptimalkan hasil produksi dalam negeri sebaik-baiknya, termasuk peningkatan sejumlah alat penunjang pertanian.

"Perlu ditingkatkan misalnya pengadaan alat pertanian, memastikan pupuk bagi petani-petani konvensional. Apa lagi konteks sekarang perubahan iklim, ketersediaan air. Jadi, bagaimana pemerintah memfasilitasi," kata Mujahid.

Selain faktor di atas, penyebab utama menurunnya produksi beras adalah berkurangnya lahan pertanian pangan setiap tahun.

Perpanjangan

Sebelumnya, pemerintah memperpanjang relaksasi penaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium maupun medium.

Kebijakan ini tertuang dalam surat yang ditandatangani Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi pada 31 Mei 2024. Sedianya relaksasi HET beras premium maupun medium berakhir pada 31 Mei 2024. HET beras premium naik Rp1.000, yakni dari Rp13.900 menjadi Rp14.900.

Pantauan KBR dari laman Bapanas, harga rata-rata nasional beras premium per 2 Juni berada di kisaran Rp15.460 per kilogram. Sedangkan beras medium berada di harga Rp13.410 per kilogram.

Demi Keseimbangan?

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeklaim harga eceran tertinggi (HET) beras saat ini sulit turun, meskipun produksi dan panen raya sudah meningkat. Jokowi berdalih pemerintah juga memperhatikan kesejahteraan petani.

"Karena memang biaya agro input, biaya petani sewa lahan, pupuk, bibit, tenaga kerja, semuanya naik. Jadi, ya, masyarakat harus maklum, bahwa petani juga harus mendapatkan keuntungan, harus mendapatkan kesejahteraan, tetapi masyarakat juga jangan harganya terlalu tinggi, itu wajar. Mencari keseimbangan seperti itu yang tidak gampang, masyarakat senang petani senang," kata Jokowi saat meninjau Pasar Senggol, di Dumai, Riau, dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu, (2/6/2024).

Jokowi menambahkan, stok beras di gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia mencapai 1,8 juta ton per 1 Juni 2024.

"Jadi biasanya stok Bulog nasional itu biasanya itu 900 (ribu) sampai 1,2 juta ton. Per hari ini stok di Bulog sudah 1,8 juta ton, tersebar di seluruh gudang-gudang Bulog di kabupaten, kota, dan provinsi," imbuhnya.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!