BERITA
Alarm Kenaikan Kasus COVID-19 Usai Lebaran
Satgas mencatat tren kasus aktif itu meningkat di 10 provinsi. Yakni Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jakarta, NTB, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara.
AUTHOR / Tim KBR
KBR, Jakarta - Kekhawatiran akan naiknya kasus Covid-19 setelah lebaran akhirnya terbukti. Sejumlah pakar menduga kenaikan ini imbas pergerakan orang yang tinggi pada sebelum dan sesudah Idulfitri.
Kondisi ini dikhawatirkan semakin memperparah pandemi Covid-19 di Indonesia.
Satgas Penanganan Covid-19 mencatat tren kenaikan kasus aktif meningkat dalam sepekan terakhir setelah lebaran.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, kenaikan ini patut diwaspadai. Sebab ini merupakan kenaikan pertama setelah trennya menurun sejak awal Februari lalu.
Satgas mencatat, dalam sepekan terakhir ada penambahan 440 kasus aktif.
Menurut Dewi, jika dilihat data harian, kasus aktif sudah mulai menunjukkan kenaikan pada 19 Mei 2021, atau sepekan usai lebaran.
"Dan kita melihat sebenarnya dari tanggal 8 sampai dengan 18 Mei, tren kasus aktif kita masih terjadi penurunan kurang lebih dalam waktu 11 hari terjadi penurunan 11.489 kasus. Namun per tanggal 19 Mei, kita mulai melihat adanya tren kenaikan jumlah kasus aktif di level nasional. Dalam empat hari terakhir terjadi kenaikan jumlah kasus aktif sebesar 3.411. Dan ini harus menjadi alert bagi kita semua bahwa dalam empat hari terakhir kita sudah mulai melihat adanya tren kenaikan jumlah kasus aktif di level nasional," kata Dewi dalam rapat koordinasi, Minggu (23/5/2021).
Satgas mencatat tren kasus aktif itu meningkat di 10 provinsi. Yakni Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. Kenaikan ini diduga dipicu pergerakan masyarakat yang naik tajam sebelum lebaran.
Selain 10 daerah itu, Dewi juga meminta daerah-daerah tujuan mudik untuk waspadai akan adanya kenaikan kasus.
Sorotan Presiden
Peringatan akan adanya lonjakan kasus sebelumnya sudah disampaikan Presiden Joko Widodo saat memberi pengarahan kepada seluruh kepala daerah, 17 Mei 2021 lalu.
"Kelihatan dalam grafisnya kurvanya semuanya kelihatan, sekarang kita tandai merah dan hijau. Sebagian ada di Sumatera, dan ada di Jawa dan juga ada di Sulawesi dan Kalimantan," kata Jokowi.
Melihat daerahnya disorot Presiden, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Ichsan Mustari mengakui ada kenaikan kasus dalam beberapa waktu terakhir. Namun dia mengklaim, keterisian rumah sakit masih di bawah 10 persen.
"Kasus konfirmasi kita memang ada kecenderungan meningkat ya. Ini telah kami lakukan koordinasi dengan kabupaten/kota untuk memantau lebih jauh. Dan perlu kami laporkan juga bahwa tes PCR ini juga bukan jumlahnya sedikit dan disengajakan untuk dibuatkan sedikit, karena memang kita melihat data tadi bahwa jumlah positif itu kita kan masih sedikit. Sehingga tracing kita juga yang dilakukan baik di tingkat RT itu tentu berdasarkan kontak-kontaknya," kata Ichsan.
Jawa Tengah yang menjadi salah satu daerah tujuan mudik, mengklaim melakukan karantina ketat terhadap para pemudik.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto memaparkan, ada 92 ribuan pemudik yang tercatat masuk ke Jateng.
"Dan untuk yang isolasi atau karantina mandiri yang di tingkat desa, ini diawasi oleh Puskesmas dan Satgas Covid-19 desa," kata dia.
Penularan kasus dalam jumlah besar usai lebaran juga tercatat terjadi di beberapa tempat. Di Griya Melati Bogor, Jawa Barat, ditemukan puluhan kasus yang diduga imbas pergerakan saat lebaran.
Di Cilangkap, Jakarta, puluhan orang juga terkonfirmasi positif diduga dari klaster halalbihalal. Kemudian di Sunter, Jakarta Utara, beberapa asisten rumah tangga positif usai pulang kampung.
Keterisian RS meningkat
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Budi Haryanto menjelaskan, kenaikan kasus aktif dalam beberapa hari terakhir adalah imbas dari mobilitas masyarakat sebelum dan sesudah lebaran.
Apalagi tingkat keterisian rumah sakit juga naik. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan rata-rata keterisian rumah sakit Covid-19 di empat provinsi telah berada di atas 50 persen, mendekati ambang batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 60 persen.
"Sehingga kesiapan dari layanan kesehatan rumah sakit dan yang terkait dengan itu, sudah barang tentu ya harus mengantisipasi diri. Nah, meskipun tidak setinggi yang bulan-bulan Januari atau Februari yang menjadikan kelabakan setiap rumah sakit, tapi peningkatan yang sekarang ini tetap harus diantisipasi dengan penyiapan-penyiapan fasilitas kesehatan dan rumah sakit, kesiapan dari seluruh sumber dayanya," ujar Budi.
Budi Haryanto juga memperingatkan pemerintah untuk tetap melakukan pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan.
Ia meminta masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan mengurangi mobilisasi untuk menekan angka penularan Covid-19.
Editor: Agus Luqman
Reporter: Wahyu Setiawan, Adonia Naya
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!