NASIONAL

''Selesaikan Janji Kalian Usut Kasus Pembunuhan Munir Abah Saya''

Pada saat Diva berusia 2 tahun, abahnya, Munir tewas dibunuh dengan racun arsenik saat hendak berangkat belajar ke Belanda pada 7 September 2024.

AUTHOR / Agus Lukman

EDITOR / Rony Sitanggang

20 tahun pembunuhan Munir, Diva Suukyi Larasati anak Munir, pembunuhan Munir, TGPF Munir
Diva Suukyi Larasati anak bungsu aktivis HAM Munir di Gedung YLBHI Jakarta, Kamis (5/9/2024). (Foto: KBR/Nanda Naufal)

KBR, Jakarta - Diva Suukyi Larasati sedikit terbata-bata ketika diminta memberikan pernyataan mengenai kasus pembunuhan ayahnya, Munir Said Thalib yang kini masuk 20 tahun dan belum terungkap jelas.

"Mungkin dari 20 tahun pembunuhan kasus Abah saya, tuntutan saya selalu sama, ya dari dulu, dari umur saya 2 tahun sampai sekarang saya umur 22 tahun. Selesaikan janji-janji kalian yang kalian omongkan kepada ibu saya dan keluarga saya, bahwasanya kalian akan menuntaskan kasus Abah saya," kata Diva Suukyi Larasati, dalam "Konferensi Pers 20 Tahun Pembunuhan Munir" di Gedung YLBHI, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Diva merupakan anak bungsu dari pasangan aktivis HAM Munir Said Thalib dan Suciwati. Pada saat Diva berusia 2 tahun, abahnya, Munir tewas dibunuh dengan racun arsenik saat hendak berangkat belajar ke Belanda pada 7 September 2004. Munir tewas dalam perjalanan menggunakan pesawat Garuda Indonesia Nomor GA974.

Baca juga:

Kasus tewasnya Munir kini masuk usia 20 tahun. Sepanjang dua dekade, banyak drama terjadi. Termasuk hilangnya dokumen Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Munir. Baca di sini: Misteri Hilangnya Dokumen Fakta Pembunuhan Munir

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kasus Munir yang dibentuk pemerintahan SBY pada 2005 menyimpulkan "ada permufakatan jahat" di balik kasus pembunuhan Munir. Sorotan mengarah pada Badan Intelijen Negara (BIN).

"Kalau kalian berani berjanji, menelepon korban, bahwasanya kami akan menuntaskan, Bapak Joko Widodo, Bapak SBY, tolong selesaikan. Sampai sekarang belum (tuntas) loh, 20 tahun. Tuntutan saya sama sampai sekarang, tuntutan ibu saya sama sampai sekarang," kata Diva.

Ia meminta pemerintah bergerak dan menunjukkan bahwa Indonesia mampu menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia.

"Itu saja dari saya, mungkin sesingkat ini. Karena saya sudah cukup emosional. Saya enggak mau menangis di depan kamera," kata Diva.

Baca juga:

    Komentar

    KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!