NASIONAL

(CEK FAKTA Debat) Mahfud MD Sebut Proyek Food Estate Gagal, Apa Benar?

Mahfud MD mengklaim proyek food estate gagal.

AUTHOR / KBR

(CEK FAKTA Debat) Mahfud MD Sebut Proyek Food Estate Gagal, Apa Benar?
Calon wakil presiden nomor urut 3 Mohammad Mahfud MD. (Foto: ANTARA/Moch Asim)

KBR, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 03, Mahfud MD mengklaim proyek food estate gagal. 

"Tetapi saya tidak melihat pemerintah melakukan langkah-langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita," kata Mahfud MD saat debat cawapres di JCC, Minggu (21/01/24).

Verifikasi:

Salah satu komoditas utama pangan dalam negeri yang adalah beras. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait Produktivitas Padi Menurut Provinsi 2021-2023, terjadi penurunan produksi pada tahun 2023. Lengkapnya sebagai berikut :

Tahun 2021 : 54.415.294,22 ton
Tahun 2022 : 54.748.977,00 ton
Tahun 2023 : 53.625.539,51 ton

Dosen Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor, Afni Regita Cahyani Muis menyatakan proyek food estate dianggap menjadi pemicu permasalahan baru terhadap terjadinya kerusakan lingkungan di Indonesia. 

"Hal ini didasari dari studi lapang Greenpeace yang menyatakan adanya kondisi mengerikan di berbagai lokasi ekspansi lumbung pangan yang justru mengakibatkan kerusakan hutan, lahan gambut, dan wilayah adat di Kalimantan dan Papua," kata Afni, Minggu (21/01/24).

Lead, Knowledge Generation Koalisi Sistem Pangan Lestari, Romauli Panggabean berkomentar bahwa apabila asumsinya adalah food estate diciptakan untuk meningkatkan produksi pangan beras, maka produksi beras sejak tahun 2018 - 2023 terus berkurang.

Produksi beras dari tahun ke tahun berdasarkan BPS adalah 2018 sebanyak 59 juta ton, 2019 sebanyak 54.6 juta ton, 2020 sebanyak 54.6 juta ton, tahun 2021 sebanyak 54.41 juta ton, 2022 sebanyak 54.74 juta ton, dan 2023 sebanyak 53. 62 jt ton," kata Romauli Minggu (21/01/24).

Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia, Masitoh Nur Rohma menyatakan program food estate yang dilaksanakan mulai 2021 di Gunung Mas dengan luas 31.000 ha berupa hutan produksi dengan komoditas singkong dan gandum dinyatakan gagal karena beberapa faktor.

"Belum ada skema terkait pembebasan lahan kepemilikan masyarakat, perencanaan program perkebunan singkong di Gunung Mas masih belum optimal, kurangnya informasi dan tidak ada kajian terkait lingkungan yang komprehensif, tidak ada koordinasi antara Kementerian Pertahanan, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura, dan Peternkan Provinsi Kalimantan Tengah," kata Masitoh Minggu (21/01/24).

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Viktor Pirmana membenarkan proyek food estate gagal. Menurutnya, beberapa perkebunan pangan skala besar yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di bawah program “food estate” dilaporkan telah ditinggalkan. Kata dia, berdasarkan investigasi lapangan pada tahun 2022 dan 2023 menemukan semak liar dan ekskavator yang ditinggalkan di lahan yang telah dibuka untuk singkong dan padi di provinsi Kalimantan Tengah. 

"Para aktivis mengatakan kegagalan program ini sudah terlihat sejak awal, karena kurangnya penilaian dampak yang dilakukan sebelum memilih lokasi dan membuka hutan untuk tanaman yang tidak cocok dengan tanah. Program ini mencerminkan Mega Rice Project pada pertengahan tahun 1990an, yang gagal meningkatkan hasil panen dan menyebabkan kerusakan luas pada lahan gambut kaya karbon," kata Viktor Minggu (21/01/24).

Baca juga:

Referensi:

Data BPS

Disklaimer: Artikel ini merupakan hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (MAFINDO), Cekfakta.com bersama 18 media dan tim panel ahli di Indonesia.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!