KBR68H, Washington - Rakyat Mali sedang menunggu hasil pemilihan presiden hari Minggu, yang dilihat sebagai langkah pertama ke arah pemulihan negara itu dari konflik satu setengah tahun.
Penulis: Yoni Puspadi
Editor:

KBR68H, Washington - Rakyat Mali sedang menunggu hasil pemilihan presiden hari Minggu, yang dilihat sebagai langkah pertama ke arah pemulihan negara itu dari konflik satu setengah tahun.
Pemilu itu berlangsung damai dan para pejabat mengatakan jumlah pemilih yang datang ke TPS sangat besar. Louis Michel, Kepala pengamat Uni Eropa di ibukota, Bamako, mengatakan jumlah pemilih lebih dari 50 persen di banyak tempat. Sebelumnya jumlah pemilih di Mali tidak pernah melebihi 40 persen.
Perdana Menteri Perancis Jean-Marc Ayrault memuji pemilu itu sebagai sukses besar yang seharusnya memberi rakyat Mali "peluang besar" untuk menjadi negara yang demokratis dan independen.
Perancis memimpin intervensi militer di Mali setelah kemelut 18 bulan yang mencakup kudeta militer dan pengambilalihan Mali utara oleh pihak Islamis.
Pihak-pihak pengecam mengatakan penyelenggaraan pemilu itu terlalu tergesa-gesa. Sebagian orang mengalami kesulitan untuk memastikan di mana mereka harus memilih, dan ada berbagai laporan bahwa sebagian warga Mali di luar negeri tidak dapat memilih.
Pasukan Perancis, Mali dan PBB mengamankan pemilu nasional itu. Pasukan keamanan dalam keadaan siaga tinggi di kota-kota di sebelah utara yang telah menjadi target serangan jihadis dan bom bunuh diri sejak wilayah itu dibebaskan bulan Januari.
Kandidat presiden baru, antara lain, dua mantan perdana menteri –Ibrahim Boubacar Keita dan Modibo Sidibe. Dua calon utama lainnya adalah Soumaila Cisse, yang membawahi Persatuan Moneter Afrika Barat, dan calon yang kurang terkenal Dramane Dembele, yang didukung ADEMA, partai politik terbesar Mali.
Mereka kini berupaya menggantikan Presiden sementara Dioncounda Traore, yang diangkat tahun lalu. Jika tidak ada kandidat yang memperoleh mayoritas, dua calon terkuat akan bersaing dalam pemilu putaran kedua tanggal 11 Agustus. (VOA)
Editor: Doddy Rosadi