ragam
Sri Mulyani Korban Deepfake, Bagaimana Deteksi dan Antisipasi Video Palsu?

Beredar unggahan video di Instagram yang menampilkan sosok seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani tengah berpidato dan menuturkan “guru itu beban negara”

Penulis: Tim Cek Fakta

Editor: Tim Cek Fakta

Google News
Sri Mulyani Korban Deepfake, Bagaimana Deteksi dan Antisipasi Video Palsu?

KBR, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi korban deepfake, konten hoaks hasil manipulasi yang dibuat dengan teknologi AI. Dalam konten video yang diunggah sebuah akun Instagram pada Minggu (17/8/2025), seseorang yang tampak seperti Sri Mulyani tengah berpidato menuturkan "guru itu beban negara". Dalam dua hari, konten tersebut ditonton hingga 57 ribu kali, disukai 810 akun, dan 391 kali dibagikan ulang.

Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) mengonfirmasi bahwa video itu adalah konten yang dimanipulasi menggunakan Google Veo. Co-Founder dan Fact-Check Specialist Mafindo, Aribowo Sasmito menunjukkan watermark tulisan "Veo" di bagian bawah kanan video.

Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) juga menganalisis dengan menggunakan Google SynthID Detector, alat pendeteksi konten berbasis AI. Caranya, tim mengambil tangkapan layar dari segmen video saat Sri Mulyani mengatakan "guru itu beban negara", kemudian dimasukkan ke Google SynthID Detector. Setelah itu, muncul keterangan bahwa konten dibuat menggunakan Google AI.

Google SynthID Detector digunakan untuk mendeteksi watermark yang tidak terlihat atau mencegah jangan sampai watermark dihilangkan.

"Tiap konten yang dibikin ada watermark-nya, kelihatan dan nggak kelihatan. Jadi, kalau di-crop, ditutup-in, masih ada yang nggak kelihatan. Nah, yang nggak kelihatan ini yang diceknya pakai SynthID," ujar Aribowo.

Problem Literasi


Sebelum video Sri Mulyani, sudah ada video hasil manipulasi lain yang beredar luas, yakni video seorang wanita berada di atas perahu mengatakan bahwa Raja Ampat sudah rusak dan banyak ikan mati. Video itu sesuai dengan karakteristik konten buatan Veo 3 yang biasanya berdurasi 8 detik.

“Veo, kan, yang versi premium, yang bayar dan nggak murah itu tidak terbatas di 8 detik. Nah, itu videonya 16 detik, diulang dua kali. Di situ salah satu ciri yang memperlihatkan bahwa itu bikinan Veo 3,” jelas Aribowo.

Aribowo meminta masyarakat tak terburu-buru percaya ketika melihat konten visual yang tak jelas sumbernya. Apalagi yang membagikan adalah akun dengan rekam jejak suka menyebarkan hoaks.

"Curiga yang disebarkan bukan asli sampai terbukti sebaliknya, "seeing is believing", semakin ke sini semakin nggak valid, karena konten-konten palsu sudah semakin bagus kualitasnya, dan menumpang isu yang sedang trending dicampur dengan teknik lainnya, memancing emosi misalnya, ini teknik yang paling manjur,” tegasnya.

Mafindo sudah memprediksi kasus penyalahgunaan konten video berbasis AI, bakal terjadi.

Pasalnya, pembuatan video dengan aplikasi berbasis AI, seperti Google Veo 3, prosesnya mudah dan cepat, tak perlu kamera, lighting, bahkan talent. Semua orang bisa, cukup dengan teks prompt, video bisa diproduksi secepat kedipan mata.

Menurut Aribowo, Google Veo 3 mampu menghasilkan video HD 720p dengan kualitas visual yang sangat halus dan meyakinkan. Kuncinya ada di detail prompt (instruksi)-nya.

“Kalau sudah detail dalam proses pembuatan, makin susah membedakan mana video asli dan mana video buatan Veo 3,” jelas Aribowo.

Apalagi, kapasitas literasi digital masyarakat Indonesia masih rendah. Ini berbanding lurus dengan rendahnya tingkat resistensi terhadap video manipulatif.

“Kalau orang yang mau cermat dan memperhatikan detail, mungkin ada yang ketahuan, tapi konten berbayar yang durasinya lebih panjang lebih susah,” terang Aribowo.

Butuh keahlian (skill) dan alat (tool) untuk mendeteksi keaslian atau kebenaran video buatan AI. Masalahnya, belum banyak yang menguasai dua hal itu.

Regulasi

Direktur Eksekutif SafeNet, Nenden Sekar Arum mendorong regulasi ketat yang mensyaratkan setiap konten berbasis AI diberi tanda atau watermark yang jelas, sehingga mudah dikenali publik.

“Selama ini watermark biasanya kecil dan mudah dipotong sehingga tidak efektif,” ujar Nenden.

Di samping itu, literasi digital harus digalakkan secara berkelanjutan.

Ada beberapa jenis konten hoaks yang sering seliweran di media sosial, di antaranya hoaks yang mencatut figur publik untuk penipuan, hoaks tentang kesehatan, dan provokasi yang memicu perpecahan sosial. Konten-konten tersebut banyak menyesatkan masyarakat.

“Contohnya seorang tokoh politik dicatut lalu dipergunakan untuk memecah belah antarpendukung, membuat kekacauan dan perpecahan,” jelasnya.

Peringkat Pertama top three hoax of the week Cek Fakta

Video Sri Mulyani hasil deepfake, termasuk dalam top three hoax of the week pilihan, yang beredar pada 15-21 Agustus 2025. Ini hasil periksa fakta pilihan dengan tingkat engagement tertinggi pada akun X/Twitter MAFINDO (@TurnBackHoax), bareng Aribowo Sasmito, Co-Founder dan Fact-Check Specialist Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo).

3. Video Bernarasi "10 Ribu Warga Jakarta Bantu Warga Pati Demo Turunkan Bupati”

red



Beredar video di Facebook yang memperlihatkan kerumunan orang berdesakan di jalan. Unggahan disertai narasi:

“warga jakarta siap bantu warga Patih 10 ribu orang siap demo turunkan bupati Pati dari jabatannya” “Menyala Warga jakarta mau bantu rakyat pati demo turunkan bupati tetap berjalan”

Video yang dimaksud dapat ditengok di turnbackhoax.id.

Hasil cek fakta, video ini merupakan konten yang menyesatkan

2. Foto yang Diklaim Tagihan Royalti Musik dan Lagu di Restoran

red


Beredar foto di X dengan klaim:

“Nyomot dari tetangga, tiap kali ke resto kita dipaksa dengar lagu lalu bayar. Pemaksaan bayar royalti secara halus.”

Konten yang dimaksud merupakan konten yang dimanipulasi.

1.Video Sri Mulyani Seolah Sebut “Guru Itu Beban Negara”

red


Beredar unggahan video di Instagram yang menampilkan sosok seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani tengah berpidato dan menuturkan “guru itu beban negara”.

Video yang dimaksud dapat ditengok di turnbackhoax.id.

Video ini termasuk dalam konten yang dimanipulasi.

Seperti apa penjelasan lengkap hasil periksa faktanya? Anda bisa mendengarkan melalui link berikut:

Baca juga:

- Cek Fakta: Kejaksaan dan Polisi Bakal Panggil Peserta Reuni UGM Angkatan Jokowi?

- Alissa Wahid Spill Kiat Rawat Perkawinan, No Baper

Sri Mulyani
beban negara
hoax
cekfakta
bupati
pati
royalti musik

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...