"Ini event terendah di regional ASEAN. Sudah sepantasnya bisa meraih gelar juara apalagi kita jadi tuan rumah"
Penulis: Aura Antari
Editor: Ninik Yuniati

KBR, Jakarta - Pelatih timnas sepak bola U-23, Gerald Vanenburg diminta tak berspekulasi saat menerapkan strategi di final melawan Vietnam, Selasa (29/7/2025), pukul 20.00 WIB, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Pengamat sepak bola dari Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali mengingatkan, upaya "coba-coba" mengutak-atik formasi ketika menghadapi Thailand di semifinal, berujung gagal. Tim Garuda Muda beruntung bisa memenangi drama adu penalti 7-6 di kandang sendiri.
"Hokky Caraka main sebagai gelandang, Ferrari main sebagai striker, ini akhirnya tidak begitu maksimal, walaupun kita lolos ke final," kata Akmal saat dihubungi KBR, Selasa (29/7/2024).
"Akhirnya terkesan itu coba-coba yang dilakukan oleh Gerald tertutup semuanya karena kita lolos ke final," lanjut Akmal.
Vanenburg, kata Akmal, selamat dari kritik karena anak-anak asuhannya menang, padahal permainan mereka jeblok.
Akmal bilang, lebih baik bermain realistis. Menang tipis 1-0 sudah cukup untuk memenangkan laga. Ia mewanti-wanti jangan sampai terjadi lagi adu penalti, karena stamina skuad Garuda Muda, sudah terkuras ketika semifinal yang berlangsung 120 menit.
Kondisi fisik sejumlah pemain seperti Arkhan Fikri masih mengkhawatirkan, sehingga diragukan bakal mampu tampil. Begitu juga dengan Jens Raven dan Kakang Rudianto yang sempat cedera.
"Semoga recovery selama tiga hari ini bisa membuat para pemain tampil lebih enjoy tanpa tekanan. Jadi 1-0 menurut saya sudah cukup bagus. Jangan sampai adu penalti saja," tuturnya.
Akmal tak menaruh harapan tinggi karena kondisi timnas yang tak prima, sedangkan lawannya merupakan juara bertahan dan dikenal dengan permainan keras.
"Vietnam, kan, cenderung bermain dengan fisik, apalagi pelatihnya dari Korea, Kim Sang Sik, ini yang harus jadi catatan. Ditambah lagi mereka pegang juga rekor 100 persen menang," ujarnya.
Vietnam mencatat rekor impresif sepanjang turnamen. Mereka sapu bersih kemenangan dari tiga laga: Laos 3-0, Kamboja 2-1, dan Filipina 2-1. Bandingkan dengan performa Arkhan dkk yang terseok-seok sejak fase grup.

Kemenangan historis yang dinanti
Mengangkat trofi Piala AFF di kandang sendiri, tentu menjadi harapan supporter bola setanah air. Jika sukses menaklukkan Vietnam, maka timnas Indonesia mengakhiri puasa gelar juara di kandang sendiri selama 38 tahun. Terakhir, momen itu dirayakan pada Sea Games 1987 di Jakarta.
Jika menang di laga puncak, skuad Garuda Muda sekaligus revans atas kekalahan pahit di final Piala AFF dua tahun lalu yang digelar di Kamboja. Kala itu, Arkhan Fikri, Kadek Arel, Muhammad Ferarri, dan Frengky Missa, dipaksa takluk lewat adu penalti dengan skor 5-6. Keempat pemain tersebut kembali memperkuat timnas U-23 di 2025 dan punya kesempatan membalas kekalahan sekaligus mematahkan ambisi Vietnam hattrick tiga kali naik podium beruntun.
"Ini event terendah di regional ASEAN. Sudah sepantasnya bisa meraih gelar juara apalagi kita jadi tuan rumah. Ini adalah kesempatan yang mungkin akan berbeda lagi dengan dua tahun mendatang ketika Piala U-23 ini digelar," pungkasnya.
Manajer timnas U-23 Ahmed Zaki Iskandar menjanjikan bonus, apabila trofi 2025 berhasil direngkuh. Artinya Indonesia bisa sejajar dengan Vietnam yang memimpin koleksi gelar juara Piala AFF U-23 sejak dihelat pada 2005. Garuda Muda pernah menjuarai turnamen ini pada 2019 di Kamboja di bawah asuhan Indra Sjafri.
"Pasti ada apresiasi dari federasi, dari PSSI. Dan target-target memang sudah dicanangkan dari awal," kata Zaki, dikutip dari Antara.
Baca juga:
Naturalisasi Pemain Timnas Sepak Bola Jadi Ancaman Pemain Lokal?