ragam
Diplomat Arya Daru Mati Tak Lazim, Indikasi Kuat Ada yang Mengatur

Lilitan lakban pada wajahnya terlihat dilakukan sangat teratur hingga menutup rapat bagian hidung dan mulut.

Penulis: Dita Alyaaulia, Ken Fitriani

Editor: Sindu

Google News
Diplomat Arya Daru Mati Tak Lazim, Indikasi Kuat Ada yang Mengatur
Prosesi Pemakaman diplomat Arya Daru Pangayunan. Foto: Tangkapan Layar Video ANTARA

KBR, Jakarta– Kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan (39) bukan kasus bunuh diri yang lazim atau unnatural suicide. Ketidaklaziman itu dijelaskan kriminolog Haniva Hasna.

Ada sejumlah hal yang mendasari Haniva menyebut demikian. Salah satunya, kondisi tubuh Arya ditemukan terlalu rapi. Kata dia, dalam banyak kasus bunuh diri, orang biasanya memilih cara cepat, fatal, dan tak memerlukan keterampilan teknis yang rumit.

”Makanya ada orang yang memilih menggunakan tali untuk menggantung diri, meminum obat serangga, harapannya adalah cepat dalam proses bunuh diri,” jelasnya kepada KBR Media, Senin, 25 Agustus 2025.

Sementara dalam kasus Arya, lilitan lakban pada wajahnya terlihat dilakukan sangat teratur hingga menutup rapat bagian hidung dan mulut.

Haniva menjelaskan, hal ini sangat jarang ditemukan dalam literatur maupun kasus bunuh diri di Indonesia. Ia menilai yang terjadi pada Arya Daru menunjukkan pola yang tidak biasa.

“Yang pertama adalah skill melilitkan lakban. Yang kedua, skill untuk menjaga kestabilan napas sampai lakban itu tertutup rapat hingga leher. Makanya ini menjadi unnatural suicide karena tidak biasa dilakukan orang-orang yang secara emosional bermasalah dan mengakhiri masalahnya dengan cara bunuh diri,” ujar Haniva.

Seharusnya Berontak

Secara biologis, tubuh manusia punya mekanisme bertahan hidup yang disebut reptilian brain. Ketika saluran pernapasan tertutup, tubuh otomatis mencari cara tetap bernapas.

Itu biasanya tampak dalam bentuk gerakan acak, berontakan, atau refleks tak terkendali yang terlihat di sekitar korban.

“Nah, ketika dia berupaya mencari oksigen itu pasti ada gerakan-gerakan yang membuat tubuhnya ditemukan dalam kondisi asimetris. Masalahnya kemarin apakah kondisinya simetris atau asimetris?” tanya dia.

Namun, tidak ada tanda-tanda tubuhnya berusaha melepaskan diri dari sesak napas.

“Kalau kondisinya tetap simetris berarti tidak ada pergerakan dari reptilian brain. Itu yang menunjukkan gerakan-gerakan dia berupaya untuk mencari napas,” katanya.

Fakta lain, jasad Arya tertutup selimut. Dalam logika bunuh diri, seseorang yang kehilangan oksigen seharusnya panik, bergerak tidak beraturan, bahkan merobek atau menarik benda-benda di sekitarnya. Namun, Arya justru ditemukan dengan tubuh tertutup rapi.

Haniva menilai ini bukan refleks alamiah korban yang sedang sekarat, melainkan indikasi kuat ada pihak lain yang mengatur posisi tubuh setelah ia tidak berdaya.

“Sejauh ini dari data-data kasus bunuh diri sangat minim orang-orang dengan kasus bunuh diri dengan cara seperti ini. Sehingga secara jasad tidak biasa kita menemukan kondisi yang serapi ini, apalagi diakhiri dengan menggunakan selimut,” ungkapnya.

Belum Digali Mendalam

Selain kondisi jasad, Haniva juga menyoroti saksi-saksi terakhir yang berhubungan dengan Arya. Ada dua orang berinisial V dan D, juga sopir taksi dan penjaga kos. Mereka adalah orang-orang yang semestinya paling tahu tentang keadaan Arya sebelum meninggal.

Namun, kesaksian mereka justru belum digali mendalam. Padahal, pertemuan mereka dengan Arya berlangsung beberapa saat sebelum ia ditemukan meninggal.

“Setidaknya mereka tahu bagaimana gerak-geriknya, bagaimana intonasi bicaranya, bagaimana gerakan tubuhnya, apakah ada yang menunjukkan keanehan-keanehan tertentu, atau perubahan sikap yang berbeda antara hari itu dengan hari-hari sebelumnya,” tegasnya.

red
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM mengunggah ucapan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu alumni mereka, Arya Daru Pangayunan.


Hilangnya Ponsel

Ponsel utama Arya yang hilang juga menjadi salah satu misteri besar. Tanpa perangkat itu, penyidik kehilangan rekaman lengkap komunikasi terakhir korban.

Anehnya, akun WhatsApp Arya masih menunjukkan tanda aktif setelah ia dinyatakan meninggal, dan akun Instagramnya sempat online dua pekan kemudian.

Bagi Haniva, fakta ini menunjukkan ada pihak yang sengaja mengendalikan narasi digital.

“Terus ada kondisi-kondisi yang mengarahkan staging bunuh diri. Staging itu rekayasa. Jadi, dengan hilangnya handphone itu menjadi bagian dari rekayasa agar kematian nampak seperti bunuh diri murni,” jelas Haniva.

Perdebatan soal Burnout

Polisi mengaitkan kematian Arya dengan burnout atau kondisi kelelahan mental, fisik, dan emosional akibat tekanan pekerjaan. Namun Haniva berpendapat, komunikasi terakhir Arya dengan istrinya menunjukkan kondisi emosional yang masih stabil.

Ia masih sempat bercanda dan menyinggung urusan pekerjaan secara wajar. Dalam percakapak itu tak terlihat tanda-tanda keputusasaan atau pikiran untuk mengakhiri hidup

Menurut Haniva, burnout adalah kondisi yang bisa dialami siapa saja di dunia kerja, tetapi gejala dan dampaknya sangat beragam. Kata dia, penyelidikan tidak bisa hanya mengandalkan dokumen atau rekam jejak digital untuk menilai kondisi mental seseorang.

“Tetapi, kalau masih bisa bercanda, berarti levelnya rendah. Karena itu perlu ada interview psikososial dengan orang-orang terdekat untuk benar-benar menilai kondisi mental Arya,” katanya.

Langkah Keluarga Arya Daru

Akhir pekan lalu, keluarga Arya sudah membantah kondisi burnout yang disampaikan polisi.

Bantahan disampaikan Nicholay Aprilindo dan Dwi Librianto, pengacara yang ditunjuk istri almarhum untuk mengungkapkan misteri kematian suaminya.

Nicholay menegaskan, almarhum tidak pernah mempunyai masalah mental.

"Dalam keadaan happy, bahkan almarhum selalu mengontak ibunya ketika di manapun almarhum berada, dan berkonsultasi, meminta nasihat kepada ibunya. Berarti tidak ada masalah mental," katanya dalam konferensi pers di Yogyakarta, Sabtu petang, (23/8/2025).

Padahal yang jelas mengetahui psikologi almarhum adalah orang tuanya yang membesarkan dan istri almarhum yang setiap hari bersama.

"Bukan para pengamat psikolog atau kriminolog. Jadi, harusnya keluarga yang lebih didengar. Bukan pengamat yang lebih didengar," jelasnya.

Sejumlah Fakta Baru

Nikholay membeberkan sejumlah fakta baru yang ditemukan. Yakni, instagram almarhum sempat aktif. Selain itu, keluarga Arya mencoba mengirimkan pesan singkat lewat WhatsApp dan centang dua.

"Berarti kan on kalau centang dua. Ini menjadi misteri juga, dikatakan handphone-nya hilang. Tetapi, kok ada on di instagram dan centang dua. Ini yang perlu kita dalami bersama dengan penyelidik," ungkapnya.

Nicholay mengatakan, selaku penasihat hukum sekaligus bagian dari penegak hukum akan meminta konfirmasi secara jelas dari penyelidik. Ia meminta kepolisian mau terbuka dengan data dan fakta yang ada. Tidak boleh ada yang ditutupi.

"Harus diungkap secara terang benderang dan khususnya kami akan meminta Mabes Polri, untuk mengambil alih kasus ini supaya bisa lebih komprehensif," imbuhnya.

red
Ayah kandung Arya Daru, Subaryono, diapit penasihat hukum, Dwi Librianto (kiri) dan Nicholay Aprilindo (kanan) dalam konferensi pers di Yogyakarta, Sabtu, (23/8/2025). Foto: KBR/Ken


Amplop Cokelat

Lalu, keluarga Daru juga menerima amplop cokelat misterius berisi simbol yang diantarkan seorang pria tak dikenal usai pemakaman. Simbol tersebut terbuat dari gabus putih yang berbentuk hati, bunga kamboja dan bintang.

"Kita tidak tahu apa maksud clue dari amplop itu, isi dari amplop itu? Dan itu sudah diserahkan pihak keluarga kepada Kompolnas dengan harapan bisa diungkap makna dari isi amplop," jelasnya.

Amplop cokelat itu dilem dengan dua stiker putih.

"Amplop itu diserahkan 9 Juli 2025 malam pada saat pengajian pertama. Orang itu memberikan amplop lalu pergi. Keluarga tidak tahu, istri tidak tahu orang itu siapa," katanya.

V dan D, serta Pergeseran CCTV

Nicholay mengaku telah berkali-kali meminta polisi mandalami perempuan berinisial V dan pria berinial D, dua orang yang bersama Arya di Grand Indonesia. Sosok lain yang harus diperiksa intensif adalah sopir taxi yang mengantarkan Arya, serta penjaga indekos Siswanto.

"Apa yang menyebabkan almarhum kelihatan panik setelah bertemu dua orang itu? Ini perlu didalami penyelidik. Sejauh mana peran kedua orang itu dan informasi apa yang diberikan kepada almarhum sehingga almarhum kelihatan seperti orang panik," ungkapnya.

Selain itu, keterangan dari istri almarhum tidak pernah meminta pergeseran CCTV kepada penjaga kos. Tetapi, Siswanto menyatakan ada permintaan dari istri Daru soal itu.

"Ini jelas pengaburan fakta bagi kami, perlu didalami. Kemudian ketika dia mengatakan kunci almarhum itu hanya satu, tetapi pada saat pagi dia membuka dengan kunci lain, berarti ada dua. Ini kan belum terungkap? Lalu, cara dia membuka jendela, kok begitu mudah penjaga kos membuka jendela dengan mencungkil dari pojok kiri bawah," tegasnya.

Keluarga Ingin Autopsi Ulang

Fakta lain yang diungkapkan istri almarhum, kata Nicholay, almarhum tidak pernah mematikan lampu kamar mandi setiap almarhum tidur. Namun, pada saat Arya Daru ditemukan meninggal di kamar kosnya, dan lampu kamar mandi dalam keadaan mati.

"Meminta kepolisian melakukan rekonstruksi ulang, kemudian autopsi lengkap untuk mengetahui penyebab kematian. Satu hal lagi, dalam tubuh almarhum katanya ditemukan CTM dan paracetamol. Almarhum tidak memiliki alergi apa-apa dan tidak pernah mengonsumsi CTM menurut keterangan istrinya. Dari mana CTM itu masuk dan berapa kadarnya?" terangnya.

Nicholay mengungkapkan, hasil pemeriksaan polisi menyatakan ada luka lebam di tubuh almarhum. Namun, kesimpulan pemeriksaan, almarhum melakukan bunuh diri. Secara logika, hal ini janggal dikatakan bunuh diri.

"Kami punya bukti foto dari keluarga almarhum, kelihatan bibir almarhum itu nyonyor. Ini kan perlu didalami," paparnya.

Nicholay menambahkan, hasil yang dirilis kepolisian tidak sesuai harapan keluarga. Keluarga mengakui tidak puas dengan hasil tersebut, khususnya orang tua almarhum setelah melihat kejanggalan-kejanggalan.

"Kesimpulan sementara kematian almarhum ada pihak lain terlibat dan kematian almarhum ada satu rangkaian tindak pidana, tidak berdiri sendiri. Kalau soal sidik jari dan sebagainya, sekarang pembunuh profesional yang punya keahlian khusus, mereka menggunakan peralatan canggih," lanjutnya.

"Sekarang tinggal political will mau atau tidak mengungkap ini secara transparan untuk memberikan kepastian hukum, pemenuhan hak asasi manusia. Karena tidak ada kejahatan yang sempurna," pungkasnya.

Minta Presiden Turun Tangan

Dalam kesempatan itu, ayah Daru, Subaryono meminta Presiden Prabowo turun tangan karena anaknya mati secara janggal.

"Kami mohon Bapak (Presiden RI) bisa menginstruksikan, menyampaikan kepada kapolri, kepada panglima TNI, kepada menteri luar negeri agar supaya bisa menjelaskan kepada kami tentang misteri yang terjadi pada anak kami," katanya dalam konferensi pers di Yogyakarta, Sabtu sore, (23/8/2025).

Keluarga melihat Arya adalah orang yang bertanggung jawab baik kepada pekerjaannya, keluarga maupun orang tuanya. Namun, kini mereka sangat tidak berdaya karena narasi yang beredar sangat bervariatif.

“Semoga misteri ini segera terungkap, Daru dan keluarga mendapat keadilan. Apa yang terjadi sampai saat ini masih menjadi misteri," kata Subaryono.

red
Polisi saat melakukan olah tempat kejadian perkara kematian ADP di Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Polda Metro Jaya


Tanggapan Polisi dan Kemenlu

Sementara itu, Mabes Polri akan mempelajari dahulu sejumlah informasi baru yang disampaikan keluarga Arya Daru. Juru bicara Polri, Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, polisi akan memberikan atensi soal harapan yang disampaikan keluarga.

"Apakah ini memang temuan baru, apakah perkembangan baru, ataukah sifatnya secara komprehensif bisa menjadi bagian kelengkapan proses penyelidikan tahap pertama," katanya di Jakarta, Senin, 25 Agustus 2025, seperti dikutip dari ANTARA.

Namun, Polsek Menteng membantah keterangan istri Arya yang mengaku telah tujuh kali menelepon polisi, lantaran khawatir nomor ponsel suaminya tidak aktif.

"Sudah saya tanyakan ke penyelidiknya dari keterangan istri tidak ada mengatakan menghubungi polsek," ujar Rezha Rahandhi kepada Kumparan, Minggu, 24 Agustus 2025.

Lain halnya dengan Kemenlu. Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha mengatakan, Kemenlu mendukung penuh upaya keluarga menempuh langkah hukum.

Sebelumnya, Kemenlu juga telah membantu penyelidikan polisi dengan menyerahkan beberapa barang bukti, seperti rekaman CCTV hingga keterangan dari rekan kerja Arya.

"Kemlu siap mendukung keluarga, melalui kuasa hukum yang ditunjuk untuk mengungkap kasus ini secara terang benderang," kata Judha, Minggu, 24 Agustus 2025, seperti dikutip KBR dari Kumparan.

Selain itu, Kemenlu juga memberikan dukungan psikis dan konseling psikologis kepada keluarga Arya.

Matinya sang Diplomat

Diplomat muda Arya Daru Pangayunan (ADP) ditemukan meninggal di indekosnya Guest House, kamar 105, Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, (8/7), sekitar pukul 08.10 WIB. 

Posisi jasad Arya ditemukan sangat rapi, dengan kepala tertutup plastik dan lakban, namun tangan dan kaki tidak terikat.

Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Wira Satrya Triputra menjelaskan, tak ada keterlibatan orang lain dalam kematian ADP. Itu diperoleh polisi setelah melakukan penyelidikan melibatkan sejumlah ahli.

Temuan Versi Polisi

Dalam konferensi pers 29–30 Juli 2025, Polda Metro Jaya menyampaikan sejumlah temuan:

  • Tidak Ditemukan Unsur Pidana
    Polisi menyimpulkan Arya meninggal karena mati lemas karena gangguan pernapasan, bukan akibat kejahatan atau tindakan orang lain. Hal ini didasarkan pada pemeriksaan lebih dari 103 barang bukti dan 24 saksi.
  • Tidak Ada Jejak DNA Pihak Lain
    Hasil laboratorium forensik menunjukkan tidak ada bercak darah, sperma, atau material biologis yang berasal dari orang lain di TKP maupun lakban yang melilit kepala Arya.
  • Tidak Ada Racun Berbahaya
    Pemeriksaan toksikologi menyatakan tidak ditemukan zat berbahaya seperti narkoba, alkohol, arsenik, maupun sianida. Hanya ditemukan kandungan parasetamol dan klorfeniramin---mum dalam obat flu.
  • Pendekatan Scientific Crime Investigation (SCI)
    Polisi memastikan mereka menggunakan pendekatan ilmiah multidisipliner, termasuk melibatkan ahli forensik, digital, psikologi, lapangan, dan toksikologi dalam penyelidikan.
  • Burn-out dan Tekanan Psikologis
    Psikologi forensik mengindikasikan Arya pernah mengalami kelelahan mental atau burn-out, bahkan sempat mencari layanan kesehatan mental daring sejak 2021.
red
Dwi Librianto menunjukkan surat kuasa hukum dari istri Arya Daru Pangayunan, Jumat, 23 Agustus 2025. Foto: KBR/Ken


Kronologi Versi Keluarga

Penasihat Hukum keluarga almarhum, Dwi Librianto menyampaikan rangkaian peristiwa sebelum Arya meninggal.

"Keterangan dari keluarga, kronologi kejadian itu sejak Senin, 7 Juli 2025, pukul 21.20, istrinya tidak dapat menghubungi suaminya, Daru, karena WA-nya tidak aktif dan hanya centang satu. Kemudian istrinya menghubungi penjaga kos, Siswanto, setelah tidak bisa menghubungi suaminya pada pukul 22.23 dan 22.25, namun saat itu nomor Siswanto tidak bisa menerima chat atau telepon WA," jelasnya.

Kemudian, pada 8 Juli 2025 dini hari, sekitar pukul 00.14, istrinya berinisiatif menelepon Polsek Menteng tujuh kali, tetapi tidak ada respons.

"Selasa, 8 Juli 2025 sekitar pukul 00.30, istrinya kembali menghubungi Siswanto dengan menelpon langsung ke nomor hpnya, dan ternyata bisa diangkat. Istrinya meminta bantuan kepada Siswanto untuk mengecek kamar Daru," tandasnya.

Selanjutnya pada pukul 05.00, Pita kembali menghubungi Siswanto untuk mengecek kembali kamar Daru. Saat itu, kata Siswanto, kamar Daru masih gelap dan menyarankan istrinya mengecek lagi saat suaminya akan berangkat kerja antara pukul 07.00-07.30.

"Pada akhirnya pukul 07.30 Siswanto kembali mengecek kamar Daru setelah sebelumnya pada pukul 06.00 Pita menghubungi Siswanto. Dan di situ diketahui Daru sudah meninggal di kamar indekos nomor 105, guest house Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat," imbuh Dwi.

Menurut Dwi, Daru biasanya menghubungi istrinya apabila pulang kerja atau saat telat pulang. Paling lambat sekitar pukul 19.30.

"Namun, pada malam tanggal 7 Juli itu sekitar pukul 20.00, Daru tidak memberi kabar ke istrinya. Tetapi, pada pukul 20.40, Daru sempat mengirimkan foto antrean taksi di Mall Grand Indonesia, dan setelah itu hp Daru tidak aktif," lanjutnya.

Tak Ada Masalah Rumah Tangga

Dwi menegaskan, tidak ada permasalahan dalam rumah tangga yang dihadapi antara Daru dan istrinya. Selain itu, mereka juga tidak memiliki masalah dengan orang lain. Istrinya hanya mengetahui Daru sedang sakit kolesterol antara 4-5 tahun belakangan ini.

Sedangkan penyakit kista ginjal yang diderita Daru, baru diketahui 3 Juli 2025 setelah pemeriksaan Kesehatan.

"Dari semua sakit tersebut, Daru selalu mengeluh pada istrinya tentang kesehatannya karena dampak dari sakit itu Daru sering kelelahan," jelas Dwi.

Dwi mengungkapkan, adapun permohonan dari keluarga almarhum kepolisian memerhatikan semua rekaman CCTV yang diambil di 20 titik. Keluarga juga meminta salinan lengkap hasil autopsi.

"Kemudian meminta presentasi gelar secara lengkap yang dilakukan 29 Juli 2025 oleh kepolisian. Itu permohonan istrinya. Kami akan berkoordinasi lagi dengan pihak terkait untuk mengungkapkan misteri kematian almarhum," katanya.

Penyelidikan Masih Terbuka

Akhir Juli lalu, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Yusuf Warsim mengatakan, proses penyelidikan kematian ADP masih terbuka dan dapat dilakukan kembali jika muncul bukti baru yang signifikan.

Ini disampaikan Yusuf menanggapi kesimpulan polisi bahwa tidak ada keterlibatan pihak lain dalam kasus kematian Arya.

"Apabila memang ada informasi yang baru yang perlu didalami penyelidik dan kemudian didalami penyelidik itu ternyata menjadi bukti baru, tentu kita akan mendorong bisa dilakukan penyelidikan kembali. Jadi, terbuka, yang penting ada bukti baru," kata Yusuf kepada KBR, Kamis, (31/7/25).

Sekilas tentang Arya

Arya adalah anak tunggal dari pasangan yang lama menanti kelahiran. Ibunya sempat berjuang melawan kanker usus sebelum akhirnya melahirkan Arya.

Di dunia kerja, Arya dikenal sebagai diplomat muda berprestasi, profesional, dan dekat keluarga. Menjelang kematiannya, ia masih bercanda lewat WhatsApp dengan sang istri hingga malam hari.

Baca juga:

Kematian Arya Daru Pangayunan
ADP
Arya Daru Pangayunan
Kemenlu
Polda Metro Jaya

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...