indeks
Wacana Trump Relokasi Warga Gaza ke RI, MUI: Niretik

Meski hal ini masih wacana, namun ...

Penulis: Hoirunnisa, Resky Novianto

Editor: Sindu

Google News
Wacana Trump Relokasi Warga Gaza ke RI, MUI: Niretik
Kondisi warga Jabalia, Gaza, Palestina. Foto: RafahKid Flickr

KBR, Jakarta- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai wacana Pemerintah Amerika Serikat merelokasi sebagian dari dua juta warga Gaza, Palestina ke Indonesia sangat niretik dan nirmoral.

Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI, Bunyan Saptomo beralasan, meski hal ini masih wacana, namun belum ada persetujuan dari rakyat Palestina maupun negara-negara yang akan menerima relokasi, seperti Indonesia.

"Jadi, sebetulnya kalau mau etis, mereka sounding dulu ke Indonesia melalui saluran diplomasi. Jubir Kemlu menyatakan belum ada informasi dari pihak Amerika. Yang kedua, masalah moralitas yang perlu diwaspadai. Ini ada indikasi makar yang ditakutkan ini, melihat pengalaman Israel sebelumnya yaitu tipu daya," ujar Bunyan dalam diskusi di Ruang Publik KBR, Kamis, (23/1/2025).

Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI, Bunyan Saptomo menduga kuat ada manuver Israel mengusir warga Palestina secara halus dari tanah airnya. Kata dia, ethnic cleansing yang dilakukan Israel sudah berlangsung sejak 1948, dan menghasilkan sekitar 6 juta pengungsi yang belum bisa kembali ke Palestina.

Pengusiran Halus?

Kata dia, indikasi pengusiran halus atau makar ini sangat kuat, mengingat rencana relokasi baru muncul usai gencatan senjata bukan saat konflik terjadi.

"Setelah gencatan senjata dan sudah aman kok baru muncul wacana relokasi. ini perlu diwaspadai dan saya yakin dari segi hukum internasional dan nasional perlu dikaji lebih lanjut," kata Bunyan.

Bunyan mengatakan, relokasi ini juga tidak ada di dalam kesepakatan gencatan senjata. Sedangkan yang disebut adalah 'kembali ke tempat asal'.

Menurut Bunyan, wacana ini juga sangat amat melanggar hukum dan HAM yang secara tegas mengakui hak menentukan nasib sendiri, hak bertempat tinggal, dan hak tidak didiskriminasikan.

Tanpa Kajian

Sementara itu, Pengamat Timur Tengah Hasibullah Satrawi menilai, wacana Pemerintah Amerika Serikat yang akan merelokasi 2 juta warga Gaza, Palestina ke Indonesia tak melalui kajian.

Hasibullah mengatakan, jika rencana ini benar akan dilakukan, maka warga Palestina kemungkinan kuat akan menolak, karena kultur masyarakatnya yang sangat mencintai negara mereka.

"Kalaupun nanti ada betul-betul ada proposal, yang akan merelokasi warga Palestina jangankan ke Indonesia, bahkan ke pinggiran negara yang bertetangga mungkin mereka juga tidak mau. Karena mereka juga tahu kalau ini adalah makar (tipu daya)," ujar Hasibullah dalam diskusi di Ruang Publik KBR, Kamis, (23/1/2025).

Namun, Pengamat Timur Tengah Hasibullah Satrawi menilai, narasi soal kecurigaan ini tak perlu digembar-gemborkan pejabat publik agar tidak diketahui pihak lain.

"Kalau memang ini dilemparkan oleh utusan khusus cukup dibalas cukup dengan juru bicara presiden, juru bicara DPR dalam bentuk status juga, bukan untuk mengabaikan. Agar taktik dan strategi tak mudah diketahui orang," kata Hasibullah.

Sebelumnya, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mempertimbangkan mengirim sejumlah orang dari dua juta warga Gaza korban perang ke Indonesia.

Tak Pernah Ada Info

Kementerian Luar Negeri menegaskan Indonesia tidak pernah menerima usulan dari pihak manapun soal relokasi pengungsi dari Jalur Gaza ke tanah air. Wacana itu mencuat di tengah rencana kunjungan utusan Presiden Amerika terpilih Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, ke Gaza.

Media Amerika NBC News menyebut, kunjungan tersebut salah satunya membahas lokasi relokasi sebagian pengungsi ke Indonesia.

Dikutip dari ANTARA, juru bicara Kemlu Rolliansyah Soemirat mengaku, tidak pernah mendapat informasi tersebut. Dia mengatakan, Amerika tidak pernah menyampaikan wacana relokasi warga Gaza, Palestina ke pemerintah Indonesia.

Baca juga:

Gaza
Palestina
Donald Trump

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...