PHK massal menjadi isu yang paling banyak dibahas publik dalam 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran, dengan jumlah perbincangan mencapai lebih dari 15 ribu kali.
Penulis: Hoirunnisa
Editor: Muthia Kusuma

KBR, Jakarta – Lembaga kajian ekonomi INDEF menyoroti tantangan pengangguran yang terus berlanjut di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. PHK massal menjadi isu yang paling banyak dibahas publik dalam 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran, dengan jumlah perbincangan mencapai lebih dari 15 ribu kali.
Kepala Pusat Makro Ekonomi dan Keuangan INDEF, Rizal Taufikurahman menyebut, PHK terjadi secara konsisten setiap tahunnya, terutama di sektor industri padat karya.
"Di Januari sampai Desember sangat tinggi bahkan hampir 78 ribu orang. Ini tentu menunjukkan bagaimana lapangan usaha, lapangan kerja, yang masih belum mampu menyerap tenaga kerja utamanya adalah industri padat karya. Untuk itu pemerintah seyogyanya menilik industri padat karya ini selain juga padat modal," ujar Rizal dalam diskusi publik "100 Hari Asta Cita Ekonomi" secara daring, Kamis (30/1/2025).
Baca juga:
- MA Tolak PK Pailit PT Sritex, Kemnaker Siapkan Jaminan Ini
- PT Sritex Kesulitan Bahan Baku, Ribuan Buruh Dirumahkan
Rizal juga menyoroti kondisi industri tekstil yang mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Menurutnya, peningkatan angka PHK mencerminkan lemahnya kinerja sektor ekspor, produksi, dan investasi. Oleh karena itu, ia merekomendasikan agar pemerintah tidak hanya berfokus pada pembukaan lapangan usaha baru, tetapi juga memperkuat sektor yang sudah ada dengan meningkatkan kapasitas dan produktivitas industri manufaktur serta industri strategis.
"Tidak hanya membuka usaha baru, tapi juga lapangan usaha yang sudah ada tetapi diperkuat dengan meningkatkan kapasitas dan produktivitas dari industri manufaktur, termasuk juga industri strategis yang sedang didorong oleh pemerintah," kata Rizal.
Di sisi lain, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyatakan pemerintah tetap optimistis terhadap pertumbuhan industri, khususnya manufaktur. Ia mengungkapkan pada 2024, sektor ini berhasil menciptakan 4,8 juta tenaga kerja baru, meskipun beberapa sektor seperti tekstil dan pakaian jadi mengalami penurunan masing-masing sekitar 90 ribu dan 20 ribu pekerja.
Baca juga: