indeks
Tak Mau Cukur Kumis, Pria Ini Diburu Taliban

KBR68H- Pengusaha Pakistan, Malik Amir Mohammad Khan Afridi pernah diculik, diancam akan dibunuh, dipaksa mengungsi dan hidup terpisah dari keluarganya: semua itu hanya karena kumis uniknya.

Penulis: Suryawijayanti

Editor:

Google News
Tak Mau Cukur Kumis, Pria Ini Diburu Taliban
kumis, taliban, pakistan

KBR68H- Pengusaha Pakistan, Malik Amir Mohammad Khan Afridi pernah diculik, diancam akan dibunuh, dipaksa mengungsi dan hidup terpisah dari keluarganya: semua itu hanya karena kumis uniknya. Unik, karena dia memanjangkan kumisnya hingga 76 cm. Kumis itu dirawat layaknya rambut panjang, disisir, diminyaki, dan dipilin hingga membentuk lengkungan yang memanjang ke atas hingga mencapai dahinya, menentang gravitasi.

"Orang-orang memberi saya rasa hormat. Ini identitas saya, "kata kakek berusia 48 tahun di kota barat laut Peshawar, ketika ditanya mengapa dia siap mempertaruhkan segalanya untuk kumisnya.

"Saya merasa senang. Saya terbiasa dengan semua perhatian dan saya sangat menyukainya, "katanya.

Selama berabad-abad, kumis lebat telah menjadi tanda kejantanan dan otoritas di sub-benua India. Tapi di Pakistan, militan Islam mencoba untuk menegakkan doktrin agama bahwa kumis harus dipangkas atau dicukur.

Akibatnya, Amir pernah menjadi tawanan kelompok garis keras Lashkar-e-Islam, yang menjadi sekutu Taliban di distrik suku Khyber, perbatasan Afghanistan.

Pertama kelompok itu menuntut uang perlindungan sebesar $500 atau sekitar 5 juta rupiah per bulan. Ketika dia menolak, empat pria bersenjata muncul di rumahnya pada tahun 2009.

Amir ditawan selama satu bulan di sebuah gua dan akan dilepas dengan syarat mencukur kumisnya.

"Saya takut mereka akan membunuh saya, itu sebabnya aku mengorbankan kumis saya," katanya.

Amir lalu melarikan diri ke tempat yang relatif aman di Peshawar dan tak kapok untuk menumbuhkan kumisnya kembali. Akibatnya pada 2012 teror muncul lagi, telepon dari orang-orang yang mengancam akan menggorok lehernya. Amir pun terpaksa kabur lagi ke kota Punjabi di Faisalabad dan hanya sesekali ke Peshawar untuk mengunjungi keluarganya.

"Saya masih takut," katanya. "Saya di Peshawar untuk menghabiskan Ramadhan dengan keluarga saya tetapi  berdiam  di rumah saja," katanya.

Lalu bagaimana selama bulan suci Ramadhan, ketika dia menjalankan ibadah puasa?

Untuk tetap khusyuk beribadah, ternyata Amir berusaha merapikan kumisnya dan tak dibiarkan berdiri tegak. Cukup menyelipkan kumis itu di balik telinganya.

Amir mengakui jika mempertahankan kumis uniknya itu tak mudah. Ada biaya rutin yang harus dia persiapkan agar kumisnya tetap bisa rapi. Dalam sebulan saja dia merogoh kocek tak kurang dari $ 150 atau sekitar Rp 1.500.000, melebihi dari gaji guru di Pakistan.  Untuk mendukung penampilan kumisnya, Amir memiliki pengering rambut, sabun khusus, sampo, minyak Jerman dari Dubai, handuk dan sikat rambut.

Meskipun keluarganya kerap meminta mencukur kumis agar bisa kembali berkumpul lagi, Amir tetap bersikukuh menolaknya.

"Saya bisa meninggalkan keluarga, meninggalkan Pakistan, tapi saya tidak pernah bisa memotong kumis ini, "katanya.

Jadi mimpinya adalah menemukan suaka politik atau mewakili Pakistan pada kompetisi internasional, kalau saja dia bisa mendapatkan visa.
 
"Saya tidak suka merokok. Saya tidak menyukai tembakau, atau minum. Ini adalah satu-satunya pilihan dalam hidup saya. Saya bahkan akan mengorbankan makanan, tapi tidak untuk kumis ini. Ini adalah hidup saya,"pungkasnya. (alarabiya)

kumis
taliban
pakistan

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...