KBR68H, Jakarta - Tewasnya delapan prajurit TNI di Papua, Kamis pekan lalu, memberi sinyal bahwa kondisi Papua belum sepenuhnya kondusif.
Penulis: Aris Santoso
Editor:

KBR68H, Jakarta - Tewasnya delapan prajurit TNI di Papua, Kamis pekan lalu, memberi sinyal bahwa kondisi Papua belum sepenuhnya kondusif. Dari delapan prajurit yang tewas tersebut, enam di antaranya berasal dari kesatuan yang sama, yaitu Yonif 753/Arga Vira Tama, yang bermarkas di Nabire. Yonif 753 adalah salah satu yonif organik di bawah Kodam XVII/Cendrawasih.
Untuk wilayah seluas Papua, sebenarnya tidak banyak satuan organik yang berada di bawah Kodam XVII/Cendrawasih. Bandingkan dengan Pulau Jawa, pada tiap wilayah eks karesidenan, terdapat satu yonif. Hanya ada empat bataliyon organik (langsung di bawah perintah) Kodam XVII, yaitu Yonif 751(Sentani, di bawah Korem Abepura), Yonif 752 (Sorong, di bawah Korem Sorong), Yonif 753 (Nabire, di bawah Korem Biak), dan Yonif 754 (Mimika, di bawah Korem Merauke) Ditambah satuan bantuan tempur Denzipur 10 (Abepura) dan Denkav 3/Panser (Timika). Selain itu Satgas Intel dari Kopassus, dari waktu ke waktu selalu beroperasi di Papua, dan bermarkas di Pantai Hamadi (Jayapura).
Selain satuan organik, terdapat juga satuan non-organik yang secara bergiliran bertugas sebagai satuan pamtas (pengamanan perbatasan) dengan Papua Nugini. Satuan non-organik tersebut berasal dari luar Papua, yang BKO (bawah kendali operasi) ke Kodam XVII. BKO sendiri bersifat sementara, artinya adanya batasan waktu, biasanya paling lama satu tahun.
Secara umum garis perbatasan Papua dibagi dalam dua sektor, yaitu sektor Utara dan Selatan. Masing-masing sektor akan dijaga dua satuan. Dalam catatan PortalKBR, untuk sektor Utara, saat ini sedang dijaga oleh Yonif 144/Jaya Yudha (organik Kodam II/Sriwijaya) dan Yonif 408/Subhrasta (organik Kodam IV/Diponegoro). Sedang sektor Selatan, dijaga Yonif 121/Macan Kumbang (organik Kodam I/BB) dan Yonif 721/Makasau (organik Kodam VII/Wirabuana).
Bekas Danrem Sorong Heronimus Guru (Akmil 1984), saat dihubungi PortalKBR, menerangkan, satuan non-organik yang akan dikirim ke Papua, harus melewati tahapan latihan pra-tugas, berdasarkan pertimbangan khusus wilayah Papua.
“Salah satu yang ditekankan adalah pelatihan lawan-gerilya, sebagai antisipasi masih eksisnya gerakan OPM,” jelas Guru.