indeks
Pasca Perang Suku Wamena, Aparat Intensif Razia Senjata Tradisional

parat gabungan TNI/Polri terus melakukan razia senjata tajam dan anak panah di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya.

Penulis: Radio Swara Nusa Bahagia

Editor:

Google News
Pasca Perang Suku Wamena, Aparat Intensif Razia Senjata Tradisional
Perang Suku Wamena, Razia Senjata Tradisional

KBR68H, Jayapura- Aparat gabungan TNI/Polri terus melakukan razia senjata tajam dan anak panah di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua, Paulus Waterpauw mengatakan, razia tersebut dilakukan karena diduga senjata-senjata tradisional itu digunakan untuk alat perang oleh kedua kubu. Razia dilakukan untuk mencegah antisipasi bentrok susulan dua suku. Polisi mengklaim saat ini situasi di Wamena kondusif, warga setempat juga sudah mulai menjalankan aktifitas seperti biasanya.

“Ada dua kelompok disitu, ada yang mau membalas kepala, ada yang mau mengganti dengan tanggung jawabnya Pak Bupati Nduga. Jadi langkah yang dilakukan oleh Pak Bupati Jayawijaya dan kapolres dengan perangkatnya, rekanan yang ada, Dandim, Danyon, sekarang mereka lakukan upaya untuk melakukan sweeping terhadap pembawa-pembawa alat perang disana,” jelas Paulus Waterpauw.  

Bentrok dua suku di Wamena terjadi beberapa hari lalu, pada rapat koordinasi penentuan penetapan daerah pemilihan (dapil) dan jumlah kursi untuk Kabupaten Nduga,

yang dilaksanakan di Hotel Rannu Jaya di Wamena.

Saat  terjadi rapat, ada kericuhan yang berakibat penusukan dan tewasnya Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kabupaten Nduga dan satu anggota DPRD Kabupaten Nduga yang diduga dianiaya massa. Pasca tewasnya dua orang, timbul bentrokan dua suku yang mengakibatkan puluhan warga luka-luka. (Katharina Lita)

Sumber: Swara Nusa Bahagia

Perang Suku Wamena
Razia Senjata Tradisional

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...