Didik juga meminta Prabowo menyiapkan tim yang memiliki kemauan bekerja profesional dan mengurangi kepentingan politis.
Penulis: Heru Haetami
Editor: R. Fadli

KBR, Jakarta - Sebagian kalangan Ekonom menilai, Presiden terpilih Prabowo Subianto mesti punya strategi kebijakan yang optimal, untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 7-8 persen.
Pakar Ekonomi dari lembaga kajian ekonomi Indef, Didik J. Rachbini mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan yakni memastikan stabilitas makroekonomi.
"Itu meliputi fiskal yang sekarang utangnya banyak harus dicari cara. Kalau utangnya banyak ya income tax rasionya harus naik. Artinya kalau kita mencicil menghabiskan 50 persen dari income kita, kalau kita naikan dua kali lipat pendapatan kita, maka cicilan 50 persen tinggal 20 persen. Jadi ketergantungan pada utang hilang," kata Didik dalam diskusi Prospek Kebijakan Ekonomi Prabowo, Senin, (23/9/2024).
Didik menambahkan, kebijakan perdagangan juga harus berdasarkan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga mesti memaksimalkan negosiasi negara-negara tujuan untuk meningkatkan ekspor.
Kemudian kata dia, identifikasi sektor yang harus menuju industrialisasi. Kata dia, bahan mentah yang diindustrialisasikan itu bisa naik nilainya jualnya.
Didik juga meminta Prabowo menyiapkan tim yang memiliki kemauan bekerja profesional dan mengurangi kepentingan politis.
"Ini harus dijalankan oleh tim yang super. Tim yang super itu tidak politicing, ya," katanya.
Sebelumnya, Prabowo Subianto mengaku taruhan dengan menteri negara tetangga soal target ambisiusnya membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 8 persen.
Presiden terpilih 2024-2029 itu menegaskan percepatan pembangunan adalah hal vital bagi masa depan Indonesia.
"Kalau saya lebih berani lagi, kita harus berani menaruh sasaran yang lebih tinggi. Kalau saya optimis kita bisa mencapai 8 persen pertumbuhan ekonomi," ujar Prabowo dalam Peluncuran Geoportal Kebijakan Satu Peta 2.0 di Jakarta.
Baca juga:
Menkeu: APBN Defisit 153,7 Triliun pada Agustus 2024
Indef: Ekonomi Rumah Tangga Indonesia Tertekan