indeks
Lumba-Lumba Ini Mengenali Teman Lamanya Yang Sudah 20 Tahun Berpisah

Implikasi utama dari temuan tersebut adalah bahwa manusia bukan satu-satunya mamalia yang mempertahankan kenangan tentang temannya untuk waktu yang lama

Penulis: HH

Editor:

Google News
Lumba-Lumba Ini Mengenali Teman Lamanya Yang Sudah 20 Tahun Berpisah
memori lumba-lumba, Eduardo Mercado III, State University of New York di Buffalo, Proceedings of the Royal Society of London B, Jason Bruck dari Universitas Chicago

Lumba-lumba sudah lama mengesankan manusia karena otak mereka yang cerdas dan memiliki ciri-ciri mirip manusia. Lumba-lumba bahkan saling memanggil rekannya dengan nama -- persis manusia, punya rasa ingin tahu, bahkan mampu memahami angka.

Kini ilmuwan menemukan, mamalia ini pun bisa mengenali bunyi "peluit" seorang teman lama, bahkan setelah mereka terpisah selama 20 tahun - memori sosial terpanjang yang pernah dicatat untuk non-manusia.

Dalam sebuah studi yang dirilis Selasa (6/8), lumba-lumba mengabaikan panggilan dari lumba-lumba asing tetapi menjawab ketika "peluit" teman lamanya itu berbunyi. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu sejak dua lumba-lumba itu terakhir bertemu. Lumba-lumba tampaknya ingat betul dengan bunyi "peluit" yang pernah akrab dengannya.

"Implikasi utama dari temuan tersebut adalah bahwa manusia bukan satu-satunya mamalia yang mempertahankan kenangan tentang temannya untuk waktu yang lama," kata Eduardo Mercado III, seorang psikolog di State University of New York di Buffalo, yang tidak terlibat dalam penelitian.

Sebelum studi baru yang dipublikasikan secara online dalam jurnal "Proceedings of the Royal Society of London B," banyak anekdot tentang tentang memori lumba-lumba. Temuan baru ini mencatat tingkat memori jangka panjang lumba-lumba sebagai makhluk yang sangat cerdas, sama seperti beberapa jenis monyet dan gajah, yang keduanya telah dikenal mampu mengenali rekan mereka setelah lama terpisah.

Ilmuwan Universitas Chicago Jason Bruck mempelajari 56 lumba-lumba hidung botol di antara enam lembaga - termasuk Chicago Brookfield Zoo, Kebun Binatang Minnesota dan akuarium di Disney World di Orlando - selama periode 20 tahun. Pendekatan itu memberi Bruck catatan sejarah sosial lumba-lumba, karena hampir mustahil mengumpulkan mereka di alam bebas, apalagi mempelajari lumba-lumba yang sudah terpisah selama 20 tahun.

Bruck menyimpan semua rekaman spesifik bunyi "peluit" di iPod-nya dan menyiarkannya melalui speaker bawah air, dan mencatat reaksi mereka. Identitas lumba-lumba itu lantas diberi kode khusus untuk membedakan satu sama lain.

Lumba-lumba membunyikan "peluit" ketika mereka menemukan diri mereka terisolasi dari yang lain, tetapi mereka juga dapat meniru peluit seorang teman untuk menghubungi lumba-lumba lain. Bunyi peluit, yang dapat didengar sampai satu mil jauhnya, membantu lumba-lumba membedakan teman dari musuh.

Untuk memastikan bahwa lumba-lumba tidak bereaksi terhadap suara acak, Bruck pertama kali memainkan satu set peluit asing. Setelah lumba-lumba telah terbiasa dengan pengeras suara, ia memainkan bunyi peluit yang akrab, yang mengakibatkan lumba-lumba dengan cepat mendekati speaker tersebut, bahkan jika ia menyadari tak ada lumba-lumba lain di sana.

"Katakanlah Anda berjalan di sepanjang jalan dan seseorang memproyeksikan hologram nenek Anda di depan Anda," katanya. "Anda akan berbalik dan melihat."

Lihatlah Allie, seekor lumba-lumba betina yang kini hidup di Kebun Binatang Brookfield. Duapuluh tahun lalu ia tinggal bersama Bailey, seekor lumba-lumba betina lain yang sekarang hidup di Bermuda. Kalau Anda mungkin sudah pangling dengan teman masa kecil, tidak demikian dengan lumba-lumba itu. Begitu peluit Allie dimainkan, Bailey segera mengingat suara itu.


Mengharukan, bukan?

(washingtonpost.com)

memori lumba-lumba
Eduardo Mercado III
State University of New York di Buffalo
Proceedings of the Royal Society of London B
Jason Bruck dari Universitas Chicago

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...