indeks
Longsor di Bogor Tewaskan Ibu dan Anak

Seorang ibu dan anaknya tewas akibat longsor yang terjadi di Kampung Bebek RT 02/10, Kelurahan Kedung Halang, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat malam (15/8). Longsor terjadi karena tebing setinggi 20 meter di daerah tersebut ambrol karena terkikis air yang di

Penulis: Rafik Maeilana

Editor:

Google News
Longsor di Bogor Tewaskan Ibu dan Anak
Longsor di Bogor, Tewaskan Ibu dan Anak

KBR, Bogor –  Seorang ibu dan anaknya tewas akibat longsor yang terjadi di Kampung Bebek RT 02/10, Kelurahan Kedung Halang, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat malam (15/8). Longsor terjadi karena tebing setinggi 20 meter di daerah tersebut ambrol karena terkikis air yang disebabkan hujan deras.

Basuki, salah seorang tetangga korban mengatakan, peristiwa terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Bogor sejak sore hingga Jumat malam. Terdengar suara gemuruh sebelum akhirnya tebing menimpa rumah kontrakan yang ditinggali Eka Purwati (35) dan anaknya Damar (1,5) itu.

“Pas gitu tetangga pada lari bawa linggis dan lainnya untuk ngebantu. Saya sendiri ada di rumah pas kejadian, hujannya deras dan lama,” kata basuki saat ditemui Portalkbr,  Jumat malam (16/8).

Basuki pun bersama para tetangga lainnya mencoba mendobrak pintu kontrakan yang tertimbun longsoran. Saat itu korban yang berada di kamar tepat disamping tebing yang longsor telah tertimbun longsoran. Sementara,  Yakub (7), anak korban yang pertama selamat dari longsoran dan hanya mengalami luka di bagian kaki. "Saya hanya lihat tangan bu Eka tapi badannya udah tertimbun," tambahnya.

Petugas dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bogor langsung melakukan evakuasi setelah mendapat laporan bencana. Petugas mengalami kesulitan karena material longsoran yang cukup tebal dan material bebatuan yang cukup besar. Selang setengah jam, Damar berhasil dievauasi. Sedangkan Eka berhasil dievakuasi 1 jam kemudian. Saat korban dievakuasi, suami korban, Heri langsung berteriak histeris. Heri yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot tak kuasa menahan tangis melihat istri dan anaknya telah terbujur kaku.

Sementara Wali Kota Bogor Bima Arya pun turut ke lokasi untuk memantau. Bima mengatakan Pemkot Bogor akan segera merelokasi warga yang rumahnya rawan terjadi longsor. Selain itu, Pemkot pun akan memberikan bantuan materiil untuk keluarga korban dan warga yang diungsikan.

“Daerah ini cukup berbahaya, tebingnya cukup tinggi. Warga harus ktia relokasi agar tidak terjadi bencana susulan,” katanya pada wartawan.

Longsor di Rel Kereta

Sementara, pasca-longsornya tanah di samping rel di antara Stasiun Bojonggede dan Cilebut, Bogor, arus lalulintas kereta mulai pulih kembali. Namun kereta hanya bisa melintasi perlintasan dengan kecepatan maksimal 40 kilometer per jam. Pantauan KBR di lokasi, petugas dari PT KAI Daop I sedang memperbaiki lokasi kejadian.

Juru bicara PT KAI Daop I Agus Komarudin mengatakan, tanah longsor akibat luapan air dari Kali Baru. Hujan deras yang terjadi di wilayah Bogor mengakibatkan volume kali tidak bisa menampung debit air sehingga menggenangi rel. Ini mengakibatkan tanah bergerak dan terjadi longsor.

“Ini penyebabnya bisa kita liat yah, ada bendung di Kali Baru yang tersumbat sampah. Terus tidak bisa menampung debit air yang tinggi. Air meluap ke jalan dan rel, sehingga mengakibatkan longsoran di bahu rel kereta,” katanya saat ditemui di lokasi longsor, Sabtu (16/08)

Agus menambahkan, pihaknya terus mengusahakan perbaikan agar rel bisa dilalui dengan normal. Untuk sementara, rel bisa difungsikan dari kedua arah, meski dengan kecepatan 10-40 kilometer per jam.

Sebelumnya, perjalanan kereta Jakarta-Bogor sempat terganggu karena longsor. Perjalanan dari Jakarta hanya bisa sampai Stasiun Bojonggede karena rel tidak bisa dilalui. Akibatnya banyak penumpang yang terpaksa menggunakan moda transportasi lain.

Editor: Anto Sidharta

Longsor di Bogor
Tewaskan Ibu dan Anak

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...