Tokoh Gerakan Indonesia Mengajar, Anis Baswedan berharap alat bantu belajar tersebut dapat menginspirasi guru setempat.
Penulis: Gungun Gunawan
Editor:

Inspirasi Guru
Hikmat menambahkan, alat bantu belajar sengaja dibuat sesederhana mungkin tanpa menghilangkan fungsinya. Tujuannya menumbuhkan rasa percaya diri baik pada murid maupun guru.
“Barangnya sangat sederhana sehingga kalau rusak tidak susah mencari onderdilnya. Dan yang paling penting mengirimkan rasa percaya diri. Gampang kok. Kita bisa. Kelebihan lainnya. Kenapa kita tidak mengirimkan peralatan yang advance, ini karena ternyata katrol sederhana ini dibuat oleh seorang guru desa di Muara Enim, Sumsel. Jadi kita kirimkan ke desa lain untuk menunjukan bahwa mereka juga pasti bisa. Kita juga sekalian mengapresiasi kerja guru itu. Contoh lain adalah alat deteksi banjir ini ditemukan oleh anak kelas 4 SD di Ciputat, nah ini supaya siswa di pedalaman juga bangkit semangatnya,” jelasnya.
Tokoh Gerakan Indonesia Mengajar, Anis Baswedan berharap alat bantu belajar tersebut dapat menginspirasi guru setempat. “Iya menular dan itu membuat guru-guru lain juga ingin belajar. Dengan adanya kemauan belajar itu mereka jadi sadar bahwa banyak yang masih bisa dikerjakan. Dengan adanya para pengajar muda ini datang mereka bisa melakukan banyak hal sementara para guru itu sudah lama dan tenggelam dalam rutinitas. Pengajar muda juga sudah dibekali untuk sangat rendah hati sehingga kehadiran mereka meskipun menonjol tapi tidak meinmbulkan masalah karena kita berharap guru-guru itu meniru. Dan Alhamdulillah itu telah terjadi.”
Hikmat Hardono ikut menimpali, “Kita tidak hanya akan bikin lagi tapi kami akan menularkannya. Mau pakai nama Indonesia Mengajar boleh, tidak juga boleh. Kan konsepnya sederhana, tinggal datang saja. Kita datang tidak untuk berdebat. Tentukan saja dulu apa cita-citanya. Mau mengirim buku? Bikin kartu pedia? Kita bisa. Kita ngumpulin buku 60 ribu hanya dalam waktu seminggu. Itu membuktikan bahwa sebenarnya partisipasi public itu sangat besar untuk berbagi.”
Hikmat yakin di masa datang masih ada cara lain yang bertujuan ikut memajukan dunia pendidikan di tanah air yang masih timpang. “Kita belum tahu ke depannya mau bikin apa lagi. Tapi yang paling penting menurut pengalaman Indonesia Mengajar, kalau kita turun ke grass root, ke lapangan ita akan menemukan cara kreatif. Saya yakin itu. Karena festival ini juga merupakan refleksi dari para pengajar muda di lapangan,” jelasnya.
Editor: Taufik Wijaya