"Kebanyakan perilaku peternak masyarakat ini tidak untuk kebutuhan sehari-hari, melainkan ternaknya itu sebagai aset dan mau dilepas, biasanya Iduladha."
Penulis: Ranu Arasyki
Editor:

KBR, Jakarta— Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebut, ketersediaan sapi lokal belum dapat memenuhi kebutuhan domestik lantaran masih banyak masyarakat yang mengembangbiakkan sapi untuk dijual pada saat Iduladha.
"Kebanyakan perilaku peternak masyarakat ini tidak untuk kebutuhan sehari-hari, melainkan ternaknya itu sebagai aset dan mau dilepas, biasanya Iduladha. Sehingga kebutuhan pasar ini menjadi tidak mungkin. Bagi peternak itu menjadi kurang berminat karena harganya kan dikontrol. Sementara mereka lebih memilih untuk kebutuhan Iduladha," katanya kepada KBR, Jumat (4/3/2022).
Baca Juga:
Sejumlah Komoditas Pangan Langka Jelang Ramadan, Ini Catatan DPR dan Pedagang
Harga Minyak Goreng Masih Tinggi, Ekonom: Harusnya Subsidi Diberikan untuk Minyak Curah
Oke menjelaskan, pengembangbiakan sapi lokal untuk kebutuhan domestik saat ini ada di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Bali, Lampung, dan beberapa di pulau Jawa. Namun, katanya, pasokan sapi itu tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga tetap harus dilakukan importasi.
Saat ini pemerintah telah menyiapkan daging sapi beku sebagai pilihan. Namun, lanjutnya, preferensi masyarakat kebanyakan masih memilih daging segar. Berbeda dengan industri makanan atau perhotelan yang biasanya memilih daging beku.
"Pada dasarnya pasokan ini yang akan memenuhi kebutuhan dalam rangka daging segar. Itu kan sapi yang sudah digemukkan dengan batas waktu tidak terlalu muda, tiga sampai empat bulan. Karena itu yang tersedia dengan umur yang cukup. Jadi, itu disiapkan untuk mengantisipasi puasa dan lebaran. Kalau opsi masyarakat masih memilih daging segar," imbuhnya.
Editor: Rony Sitanggang