indeks
Ini Serunya Ciuman Massal di Bali

Desa adat Banjar Kaja, Denpasar, Bali, menggelar acara tradisi omed-omedan atau ciuman massal. Acara dilangsungkan Minggu (22/3) pagi sebagai bagian perayaan Hari Raya Nyepi.

Penulis: Yulius Martoni

Editor:

Audio ini dihasilkan oleh AI
Google News
Serunya Ciuman Massal di Bali. Foto: Yulius Martoni
Desa adat Banjar Kaja, Denpasar, Bali, menggelar acara tradisi omed-omedan atau ciuman massal. Acara dilangsungkan Minggu (22/3) pagi sebagai bagian perayaan Hari Raya Nyepi.

KBR, Denpasar - Desa adat Banjar Kaja, Denpasar, Bali, menggelar acara tradisi omed-omedan atau ciuman massal. Acara dilangsungkan Minggu (22/3) pagi sebagai bagian perayaan Hari Raya Nyepi. 

Ketua Panitia, I Putu Arya Wiranata, mengatakan tradisi ini mempererat kebersamaan antarwarga di Banjar Kaja. Omed-omedan merupakan warisan leluhur yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-17 dan kini jadi ikon wisata Denpasar.

“Biasanya untuk memancing, yang pertama diajak adalah yang pacaran-pacaran. Tiga kali di awal. Setelah itu baru (yang lain) dinaikan satu-satu,” ujar  Arya. 

Acara diawali dengan sembahyang bersama. Kemudian pemuda dan pemudi yang berjumlah sekitar 100 orang satu persatu diarak sambil disiram air. Peserta kemudian berpelukan dan berciuman. “Setiap acara, satu sesi itu sebanyak dua puluh orang,” jelas Arya.

Kata dia, setiap tahun ada saja pemuda pemudi yang mendapatkan jodoh dari tradisi ini.

Sekitar seribu pengunjung dari Denpasar dan sekitarnya hadir dalam acara tersebut.

Dalam acara ini juga dilaksanakan pekan Sesetan yang menampilkan 100 stand dengan berbagai macam produk kerajinan, pakaian, dan kuliner. Ini dilakukan untuk mengembangkan jiwa ekonomi kreatif dan kewirausahaan generasi muda.

Editor: Rio Tuasikal 

omed-omedan
bali
hari raya nyepi
desa adat Banjar Kaja

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...