indeks
IHSG Sempat Anjlok, Menko Airlangga: Kebijakan Pemerintah Tak Ramah Pasar

"sekarang mungkin kemarin kita belum terlalu kena, nah baru berimbas satu dua hari ini," kata Airlangga

Penulis: Astri Yuanasari

Editor: Resky Novianto

Google News
IHSG
Ilustrasi pasar saham IHSG di BEI, Jakarta. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membantah anggapan bahwa kebijakan pemerintah yang tak ramah pasar, menjadi penyebab anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

IHSG anjlok hampir 7 persen pada pukul 11.50, Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sampai menghentikan sementara perdagangan (trading halt) pada Sesi I, Selasa (18/3). 

Meski begitu Airlangga menyebut, secara fundamental, ekonomi Indonesia masih kuat.

"Kalau dari segi fundamental kan kuat. Kalau penurunan ini kan, di berbagai negara saham naik turun biasa. Saat saham-saham negara lain minggu-minggu lalu turun cukup dalam, nah sekarang mungkin kemarin kita belum terlalu kena, nah baru berimbas satu dua hari ini," kata Airlangga kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/3/2025).

Menurut Airlangga, anjloknya IHSG dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Diantaranya, psikologi pasar yang masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting. 

Kemudian dari dalam negeri, publik masih menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.

Lalu, ada beberapa grup usaha yang mengalami penurunan kinerja pada laporan keuangannya. Hal ini membuat investor melepas sahamnya.

"Kemudian tentu kita melihat juga, karena regulasi halt yang 5% itu dan kemarin diberlakukan saat Covid-19. Tentu ini perlu ada review juga mengenai regulasi tersebut," imbuhnya.

Baca juga:

IHSG Merah Hampir 7 Persen, Ekonom Sebut Dampak Revisi UU TNI

Respons Sri Mulyani Usai IHSG Anjlok

BEI
IHSG
IHSG ambruk

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...