Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak bersikukuh tetap mengganti nama bandara Sepinggan menjadi Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Padahal rencana itu mendapat penolakan dari masyarakat Balikpapan dan tokoh adat Suku Paser Balik yang merupakan suku asli
Penulis: Teddy Rumengan
Editor:

KBR68H, Balikpapan – Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak bersikukuh tetap mengganti nama bandara Sepinggan menjadi Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Padahal rencana itu mendapat penolakan dari masyarakat Balikpapan dan tokoh adat Suku Paser Balik yang merupakan suku asli Balikpapan.
Awang beralasan pergantian nama tersebut, sudah mendapat persetujuan seluruh anggota DPRD Kalimantan Timur, khususnya dari daerah pemilihan Balikpapan. Selan itu kata Awang, hingga kini belum ada surat penolakkan resmi dari wali kota maupun DPRD.
“Mana sampai saat ini tidak ada satu potong surat pun saya terima, baik dari DPRD maupun wali Kota (Balikpapan) yang mereka menolak. Apa bedanya dengan 14 daerah di Indonesia yang menggunakan nama rajanya (untuk bandara). Waktu itu sudah menyutujui melalui DPRD Provinsi, di situ ada wakil rakyat Balikpapan, tidak ada satu pun yang mewakili rakyat Balikpapan yang menolak,” kata Awang Farouk Ishak.
Mayoritas masyarakat Balikpapan menilai ada unsur kepentingan dibalik pergantian nama itu. Aksi penolakkan terus dilakukan, baik turun ke jalan, melalui media jejaring sosial hingga pengumpulan tanda tangan.
Bahkan komunitas masyarakat Balikpapan yang tergabung dalam Save Sepinggan mengancam akan memblokir bandara Sepinggan. Itu dilakukan jika Kementerian Perhubungan menyetujui pergantian nama tersebut. Nama Sepinggan memiiki nilai sejarah perjuangan, disamping menurut bahasa Paser Balik Sepinggan artinya kebersamaan.
Editor: Antonius Eko