Forum Orangutan Aceh (FORA) menuding Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh lamban dalam upaya penyelamatan orangutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Penulis: Alaidin Ikrami
Editor:

KBR68H, Banda Aceh - Forum Orangutan Aceh (FORA) menuding Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh lamban dalam upaya penyelamatan orangutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Aktivis FORA, Ratno Sugito mencontohkan BKSDA tidak responsif terhadap laporan pengaduan kepemilikan orangutan ilegal. Saat ini FORA mencatat ada sekitar lima orangutan yang dipelihara liar. Hal tersebut sudah dilaporkan ke pihak BKSDA Aceh. FORA mengkhawatirkan, kesehatan orangutan itu tidak diperhatikan dengan baik dan pada akhirnya mati.
"Kita sangat prihatin karena orangutan di Aceh ini merupakan orangutan yang paling pintar di dunia, dan dengan jumlahnya yang terus turun karena perubahan fungsi kawasan dan juga habitatnya yang selalu rusak akibat bertambahnya jumlah perkebunan dan pertambangan, kita sangat prihatin dengan hal ini. Itu kemarin orangutannya sudah di ICCU setahu saya orangutannya sudah mati di Sibolangit. Karena sebelumnya dimasukkan ke ICCU dalam kondisi kritis. Kita di sini melihat ada keterlambatan dari BKSDA dalam penindakan yang menyebabkan kematian pada orangutan," kata Ratno Sugito.
Sebelumnya, satu orangutan hasil sitaan BKSDA Aceh mati. FORA menyesalkan kejadian ini karena BKSDA lambat menanggapi laporan mereka. Kepemilikan orangutan ilegal tersebut sudah dilaporkan FORA sejak Maret lalu, namun BKSDA baru bergerak satu bulan kemudian.
Menurut FORA, orangutan di Aceh berada dalam status terancam punah. Sampai 2009, jumlahnya hanya sekitar 6.600 ekor. Angka tersebut berkurang drastis 80 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jumlah itu berbanding terbalik dengan tingginya penangkapan dan penjualan ilegal binatang yang dilindungi tersebut.