Mahalnya harga daging ayam justru berbanding terbalik dengan kondisi melimpahnya pasokan daging ayam di dalam negeri.
Penulis: Resky Novianto
Editor:

KBR, Jakarta - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia mengherankan masih mahalnya harga daging ayam di pasaran hingga saat ini.
Menurut Ketua Harian Pinsar Indonesia, Eddy Wahyudin, mahalnya harga daging ayam justru berbanding terbalik dengan kondisi melimpahnya pasokan daging ayam di dalam negeri. Keheranan Eddy disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi Bidang Pertanian di DPR hari ini.
"Sementara, kenapa dia (daging ayam) surplus kok malah tinggi harganya? Nah inilah barangkali kita perlu melakukan stabilisasi, dalam arti mungkin saja ini ada salah kelola atau salah pembinaan dan sebagainya," ujar Ketua Harian Pinsar Indonesia, Eddy Wahyudin saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi Bidang Pertanian DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022).
Eddy mengungkapkan, saat ini produksi daging ayam sudah mencapai 4 juta ton. Sedangkan kebutuhan daging ayam hanya 3,2 juta ton. Begitu juga dengan telur ayam yang produksinya kini mencapai 5,9 juta ton, sedangkan kebutuhan hanya 5,3 juta ton.
Baca juga:
- Indef: Waspada Munculnya Minyak Goreng Siluman
- Harga Minyak Goreng hingga Telur Turun, BPS Catat Deflasi 0,02 Persen
Diketahui, berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, rata-rata harga daging ayam mencpai Rp35.400 per kilogram. Padahal, awan tahun lalu, harganya hanya Rp31.000 per kilogram.
Editor: Fadli Gaper