Pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, dipusingkan dengan naik-turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini. Sebab, ketika harga BBM turun, pengelola SPBU rugi terutama di saat stok BBM banyak.
Penulis: Hermawan
Editor:

KBR, Banyuwangi - Pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, dipusingkan dengan naik-turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini. Sebab, ketika harga BBM turun, pengelola SPBU rugi terutama di saat stok BBM banyak.
Menurut salah satu pengelola SPBU Kedayunan Banyuwangi Jumaiyah, ketika harga BBM turun dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.700, kerugiannya sekitar Rp 25 juta. Jumaiyah mengaku sudah menerima informasi pemerintah yang menurunkan harga BBM dari semula Rp7.600 menjadi Rp6.700.
Jumaiyah mengaku stok BBM cukup banyak. Untuk premium masih 11 ton, solar sebanyak 14 ton, dan pertamax 6 ton. Saat harga BBM turun, pihaknya harus menyesuaikan harga. Padahal harga yang berlaku dari Pertamina tetap harga saat sebelum turun.
“Ini kan sudah harga baru, rugi pastinya, sampai sekarang masih belum habis. Tadi sudah diisi. Kalau beli sekarang harga baru, tapi kalau hari Jumat masih harga lama. Kita untuk melayani konsumen ya tetap aja masak ditunda kan tidak mungkin,” kata Jumaiyah, Senin (19/1).
Hal serupa juga dikatakan oleh pengelola SPBU Karangente Banyuwangi Abdul Kadir. Kata dia, pihaknya terpaksa menjual BBM dengan harga baru meski membelinya dengan harga lama. Karena kata dia, SPBU tidak mungkin menetapkan harga lama, karena sudah ada surat edaran harga baru dari Pertamina.
Sementara itu, turunnya harga BBM ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengisi kendaraannya di SPBU. Berdasarkan pantauan KBR di lapangan di sejumlah SPBU terjadi antrean panjang kendaraan mengisi BBM.
Salah satu warga Desa Kabat Banyuwangi Rudi mengaku sengaja mengisi BBM pada pagi hari, karena harganya sudah turun. Sehingga dia bisa membeli BBM di SPBU lebih banyak.
Editor: Antonius Eko