indeks
Awas, Banyuwangi Endemi Demam Berdarah!

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu daerah yang endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sepanjang tahun 2014 lalu, penderita DBD di kabupaten itu 370 orang

Penulis: Hermawan

Editor:

Google News
Awas, Banyuwangi Endemi Demam Berdarah!
Banyuwangi, Demam Berdarah

KBR, Banyuwangi – Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu daerah yang endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sepanjang tahun 2014 lalu, penderita DBD di kabupaten itu 370 orang.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Wiji Lestariono, tingginya angka DBD disebabkan karena faktor cuaca yang tidak menentu. Selain itu, tingginya kasus DBD itu merupakan siklus lima tahunan. Tahun 2010 lalu, angka DBD juga sangat tinggi yaitu mencapai 530 kasus lebih.

Kata Wiji, pihaknya sudah berpaya menangani DBD melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk. Misalnya, pengasapan atau fogging di seluruh kecamatan yang endemis demam berdarah.

“Di Banyuwangi ini memang daerah endemis jadi setiap tahun, setiap bulan ada kasusnya ini yang perlu kita waspadai dan kita sudah meminta untuk menggalakan apa yang kita sebut sebagai PSN pemberantasan sarang nyamuk. Daerah kota atau daerah yang padat permukiman,” kata Wiji Lestariono kepada Portalkbr, Selasa (6/1).

Wiji menambahkan, sebagai fungsi kontrol di masyarakat untuk mengatasi DBD, pihaknya juga mengaktifkan peran serta kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) dan petugas puskesmas di masing-masing wilayah. Mereka bertugas memantau jentik nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue penyebab DBD. Sebab mereka menjadi ujung tombak dalam memberatas penyakit ini.

Selain itu, kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat juga merupakan faktor untuk memeranghi DBD.

Editor: Anto Sidharta

Banyuwangi
Demam Berdarah

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...