Jelang Lebaran, sejumlah pasar tradisional di Grobogan, Jawa Tengah, kerap dibanjiri daging sapi Glonggongan dari luar daerah seperti dari Bayolali.
Penulis: Hermawanto
Editor:

KBR, Grobogan – Jelang Lebaran, sejumlah pasar tradisional di Grobogan, Jawa Tengah, kerap dibanjiri daging sapi Glonggongan dari luar daerah seperti dari Bayolali.
Daging hasil glonggongan terasa lebih berat dari sebenarnya karena kandungan air yang berlebih. Ini karena sapi diberi minum sebanyak-banyaknya sebelum disembelih.
Dari hasil razia hari ini (16/7) di sejumlah pasar terdisional, Pemerintah Kabupaten Grobogan sejumlah kios yang menjual daging sapi glonggongan. Razia dilakukan oleh
Dinas Peternakan dan Perikanan bersama Dinas Perindusterian Perdagangan Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben), Satpol PP dan Polres Grobogan.
Aparat menemjukan penjual daging sapi yang berkadar air lebih dari 80 persen. Padahal menurut pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan Grobogan, drh Andreas Iwan, daging yang masuk katagori sehat untuk dikonsumsi sesuai standar kesehatan paling tidak berkadar air 76-77 persen.
“Beberapa ada yang normal 76-77 persen kadar air tapi ada juga yang tinggi di atas delapan puluh karena penyimpanan dalam es jadi daging yang sisa kemarin di jual lagi. Kalau temuannya ada beberapa daging yang seharusnya digantung ini tidak di gantung hingga kadar air bisa turun atau menetes,” ujar drh Andreas Iwan.
Menurutnya, meski begitu ia belum bisa memastikan kriteria daging itu tersebut termasuk glonggongan atau tidak. Sebab masih memerlukan pengujian di laboratorium.
Sementara, sejumlah pedagang mengatakan, daging berkadar air di atas 80 persen yang mereka jual bukan glonggongan, melainkan karena disimpan dalam mesin freezer lemari es. Selain itu cara menjualnya di kios tidak digantung melainkan diletakkan di dasaran meja. Sehingga kandungan air yang ada tidak menetes jatuh ke bawah.
Editor: Anto Sidharta